YALPK | Surabaya – Grup Ludruk Marsudi Laras Surabaya, naskah sekaligus Sutradara pementasan ” SUKETI ” ini langsung ditangani oleh pimpinan Ludruk, Hartatok, S.Pd, M.Si. yang digelar di Balai Pemuda Surabaya, Sabtu malam ( 19/10 ).

Marsudi Laras sendiri merupakan grup ludruk yang sudah sangat dikenal karena sudah memulai menggebrak dan menggeluti kesenian tradisional Surabaya ini sejak tahun 1993.

Penggalan kisah ludruk yang dipentaskan oleh Ludruk Marsudi Laras Surabaya Tampil Dalam Lakon ” SUKETI ”

“Permasalahan mengenai cinta, tampaknya sangat mengasyikkan dan tidak akan pernah ada habisnya. Jika orang sudah dimabuk cinta, apapun akan dilakukan dan bilamana perlu akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nya.

Hal itulah yang terjadi dan dialami oleh Suketi, seorang Kepala Desa Watu Gading dan Sriana yang merupakan warga sekaligus pemilik warung kopi pangku yang sudah sangat tersohor.

 

Keduanya mencoba untuk merebut hati Darmaji, yang merupakan kekasih gelap Sriana dan sekaligus suami dari Suketi sang Kepala Desa. Darmaji sendiri memiliki pengaruh yang sangat luar biasa didesa tersebut.

Kepala desa bernama Suketi akhirnya mendengar aspirasi dari masyarakat desa, dan mendatangi pemilik warung yang bernama Sriana.

Sriana berkata pada Suketi: “Jika akuarium itu keruh atau kotor airnya, ambil ikannya saja, jangan sampai buang airnya.”

Suketi pun dengan tegas menjawab: “Saya tidak buang airnya tapi mau memecah akuarium nya.” Artinya kopi pangku harus dibuyarkan, tetapi Sriana tidak mau membongkar kopi pangku miliknya.

Karena terhasut omongan Sriana, Darmaji pun memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi Suketi. Tak ayal, Kepala Desa yang sangat jujur dan berani melawan kemaksiatan ini pun meninggal.

Setelah Suketi meninggal karena dibunuh oleh orang-orang suruhan Darmajil, roh nya gentayangan menghantui dan membunuh Sriana dan Darmaji, hingga akhirnya keduanya mati tertusuk bambu sambil berteriak memanggil nama Suketi”.

 

Berbagai macam penghargaan pernah diraih grup yang sudah menelorkan banyak karya seni ini, diantaranya:
Juara 1 Sutradara terbaik, Pelawak Terbaik, Pemain Terbaik berturut-turut tahun 1997,1998 dari Dinas Pendidikan Propinsi Jatim.

Sering tampil di Balai Pemuda Surabaya
Karya ludruknya sering ditulis berbagai macam media hingga dikenal di Belanda dan dipelajari oleh pihak Belanda sebagai kesenian yang masih bertahan di Surabaya.

Hartatok “berharap agar generasi muda sekarang ini yang lebih dikenal sebagai generasi millenial bisa tetap mempertahankan ludruk sebagai kesenian khas kota Surabaya dan bilamana perlu bisa membawa kesenian ludruk ini ke kancah internasional, sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Walikota Surabaya sekarang ini”.

Tatok juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu terselenggaranya pementasan ludruk ini, terutama dari rekan-rekan media yang selalu mau peduli terhadap nasib kesenian tradisional kita, tutupnya. ( ir )

Loading

568 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *