YALPK | Surabaya – Setiap orang mengalami perjuangannya masing-masing dalam hidup. Itu juga yang dirasakan oleh Dian Anggraini, wisudawati Program Studi PG PAUD Universitas Narotama Surabaya. Untuk akhirnya bisa menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Dian sempat menjalani perjuangan yang luar biasa.
“Waktu masuk semester 2 perkuliahan, saya hamil anak pertama. Tapi selama 9 bulan hamil itu saya sama sekali tidak mengambil cuti. Karena Bu Dekan (Andini Dwi Arumsari, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog) menyarankan demikian agar proses perkuliahan saya tidak berlangsung terlalu lama,” kata guru TK Al-Wahyu Surabaya itu.
Sampai Dian melahirkan putra pertamanya, ia tetap memilih untuk aktif berkuliah dan hanya mengambil waktu jeda selama kurang dari 1 bulan. “Setelah itu tetap masuk kuliah dan mengikuti materi yang sempat tertinggal,” ujarnya.
Yang lebih patut diacungi jempol adalah Dian sampai membawa anaknya yang masih bayi itu saat berkuliah. Untung saja, tidak ada yang keberatan dengan hal tersebut. Bahkan dosen dan teman-teman mahasiswa PG PAUD UNNAR ikut membantu mengasuh anaknya ketika Dian harus presentasi di depan kelas atau ketika ujian.
“Ini yang saya suka dari Universitas Narotama. Karena belum banyak kampus yang ramah anak. Padahal pelayanan seperti itulah yang dinantikan banyak orang, terutama wanita. Karena kita jadi tetap bisa menuntut ilmu tanpa terbatas dengan apapun, termasuk apabila kita sedang memiliki anak yang masih berusia sangat kecil,” tutur Dian.
Wanita kelahiran 18 Oktober 1990 itu mengatakan meski perjuangan perkuliahannya tidak mudah, tapi ia bersyukur mendapatkan dukungan dari banyak pihak terutama dari teman-teman sekelas dan dosen serta Dekan FKIP UNNAR. “Kami sebagai mahasiswa PG PAUD UNNAR angkatan pertama sangat bersyukur mendapatkan dosen yang luar biasa. Jadinya kami pun bersemangat untuk belajar dengan baik. Kalau ada kegiatan apapun juga kami all out untuk berkontribusi dan berpartisipasi,” lanjutnya.
Dian pun dinobatkan sebagai lulusan terbaik PG PAUD UNNAR karena berbagai aspek serta perjuangannya yang tidak mudah. “Saya kaget sekali ketika dikatakan sebagai lulusan terbaik, karena saya berkuliah bukan untuk mendapatkan predikat apapun. Saya kuliah untuk menuntut ilmu demi mendidik anak-anak dengan lebih baik lagi,” tutupnya. ( ir )