Lpk | Mataram – Berencana maju dalam Pikada Kota Mataram 2020, H Rohman Farly yang akrab disapa HRF terus bergerak blusukan. Bukan hanya menyapa masyarakat, HRF juga mempelajari kelebihan dan kekurangan tata ruang Kota Mataram saat ini.
Ditemui usai blusukan , HRF mengatakan, tata ruang Kota Mataram ke depan harus bersifat terintegrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan penduduk dan juga keindahan Kota ini bagi pengunjung, tamu domestik, maupun wisatawan yang datang.
HRF mengatakan, dalam disiplin ilmu perancangan Kota, seperti yang disampaikan oleh para pakar perencanaan kota dan lingkungan, paling tidak ada empat tolok ukur Kota yang baik.
“Nah empat tolok ukur Kota yang baik ini yang akan kita coba jadikan landasan perencanaan pembangunan dan penataan Kota Mataram ke depan,” kata HRF, Kamis ( 21/11)
Ia memaparkan, tolok ukur itu yang pertama tata ruang Kota itu harus bisa berfungsi dengan baik.
“Artinya, tata guna ruang tersebut harus berfungsi optimal,” tukasnya.
Yang kedua, Kota harus memiliki sirkulasi, sehingga penghuninya bisa berpindah tempat dengan baik. Salah satu indikatornya adalah transportasi publik.
“Kalau transportasi publik buruk, Kota ini tidak bisa dinilai baik,” katanya.
Yang ketiga, tata ruang kota harus dikembangkan berdasar penataan bangunan. Kalau penataan bangunannya buruk, kota itu tidak bisa dikategorikan sebagai kota yang baik.
Dan keempat, tata utilitas lain di luar sirkulasi/transportasi, seperti drainase dan sanitasi, harus bekerja dengan optimal.
Menurut HRF, masalah penataan Kota tidak hanya menjadi tantangan di Kota berkembang seperti Mataram. Bahkan Kota besar seperti Jakarta dan lainnya juga menghadapi tantangan yang sama. Terutama dalam hal penataan drainase dan penyediaan sanitasi.
“Selain alasan cuaca ekstrem, ternyata masalah paling umum yang dihadapi banyak kota di Indonesia berkaitan dengan drainase adalah kapasitas utilitas drainase kota itu tidak mampu mewadahi aliran air karena tata ruang kota itu tidak dirancang dengan baik. Ini juga harus diperhatikan di Mataram,” katanya.
HRF menambahkan, dalam membangun sebuah Kota diperlukan perencanaan yang baik.
Mataram ke depan, papar HRF harus bisa menjadi Kota yang bisa mengurai kemacetan lalulintas dan tingkat polusi udara. Tentu saja, caranya dengan memaksimalkan fungsi transportasi publik, yang saat ini dinilai masih kurang.
“Drainase dan sarana pengelolaan sampah juga akan kita coba tingkatkan ke depan,” katanya.
Menurutnya, prinsip-prinsip perencanaan Kota, harusnya mengacu pada Kota terintegrasi. Dimana perencanaan dan pembangunan tata ruang Kota, harus mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan.
“Harus Terintegrasi dengan semua aspek kota, seperti transportasi, saran publik, mitigasi bencana, dan sebagainya. Terintegrasi dengan perencanaan biaya,” kata HRF.
Selain itu, perencanaan dan pembangunan Kota ke depan harus melibatkan mitra dan stakeholder terkait.
Sesuai dengan prinsip-prinsip tentang tata kawasan dan hunian. Mengembangkan fasilitas pendukung yang sesuai.
“Dan yang terpenting adalah pembangunan yang berpihak pada golongan ekonomi rendah dan kepentingan umum. Juga memperhatikan keragaman budaya,” katanya. ( ir )