Lpk | Surabaya – Peneliti di bidang pertanian membutuhkan waktu dan biaya yang besar ketika melakukan penelitian yang berkaitan dengan iklim dan area tertentu. Hal itu disebabkan karena mereka harus mencari lokasi yang pas untuk melakukan riset sesuai kebutuhan data. Karena hal tersebut, dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Narotama, Moh Noor Al Azam, S.Kom.,M.MT membuat suatu solusi untuk masalah itu.
Pria yang akrab disapa Azam itu bekerjasama dengan Fakultas Pertanian dan Peternakan untuk membuat sebuah lemari yang lingkungan di dalamnya bisa diatur sedemikian rupa sesuai kelembaban, temperatur, dan intensitas sinar matahari buatan yang dibutuhkan oleh peneliti di bidang pertanian. Alat tersebut diberi nama Automatic Plant Acclimatization Chamber (APAC).
“APAC kami buat untuk bisa mengontrol iklim mikro secara otomatis menggunakan mikrokontroller sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi suatu wilayah dan suatu waktu yang diinginkan, atau sesuai kebutuhan data peneliti. Alat ini berbasis Internet of Things (IoT) dengan menggunakan AC untuk kontrol cuaca, LED untuk cahaya matahari buatan,” jelasnya.
Azam memiliki rencana besar untuk APAC, yaitu dengan menghubungkannya pada sistem yang menerima informasi iklim mikro dengan stasiun cuaca di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan menggunakan IoT, informasi tersebut akan secara otomatis terdeteksi oleh APAC yang kemudian akan menyesuaikan kondisi cuaca di dalam alat sesuai informasi yang diterima.
“Data dari stasiun cuaca akan dikirimkan ke server yang terhubung pada APAC dashboard untuk mengendalikan simulasi iklim mikro. Sehingga misalnya ada peneliti yang ingin membuat simulasi cuaca Kota Makassar pada tanggal dan waktu tertentu untuk menumbuhkan suatu tanaman, maka peneliti hanya perlu mengakses stasiun cuaca di Kota Makassar pada tanggal dan waktu itu untuk mengaplikasikannya di dalam APAC,” katanya.
APAC dapat membantu menekan biaya, waktu, dan energi yang dibutuhkan oleh peneliti bidang pertanian. Selain itu juga APAC membuka jalan penelitian yang lebih luas. “Jika selama ini peneliti terbatas dengan biaya dan waktu untuk meneliti dengan faktor yang mereka inginkan, setelah ada APAC ini penelitian tentunya akan lebih luas,” ungkap lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu.
Penelitian APAC masih akan terus dikembangkan untuk mendapatkan sistem yang menyeluruh. Antara lain dengan pencarian formula intensitas HP-LED yang cocok untuk kebutuhan tanaman, stasiun cuaca yang akan digunakan untuk pengambil data iklim mikro dan dikirimkan ke database, serta aplikasi APAC dashboard untuk memonitor dan mengatur kondisi lingkungan iklim mikro APAC. (ir)