Lpk | Surabaya – Universitas Narotama menjadi tuan rumah acara Focus Group Discussion (FGD) Forum Rektor Indonesia dengan tema “Internasionalisasi Perguruan Tinggi Indonesia”, Kamis (5/3/2020) di Hotel JW Marriott Surabaya.

Forum Rektor Indonesia (FRI) adalah tempat berkumpulnya para intelektual dan Rektor dari PTN dan PTS di Indonesia yang berusaha memberikan sumbangsih untuk bangsa Indonesia. FGD ini akan mengumpulkan gagasan dari FRI yang akan disampaikan pada pemerintah untuk kemajuan pendidikan tinggi.

Wakil ketua FRI, Prof. Dr. Sofyan Anis.,M.Si mengatakan perguruan tinggi adalah pusat puncak keilmuan. Mengenai internasionalisasi, perguruan tinggi tidak lagi hanya fokus pada akreditasi internasional, tapi lebih pada bagaimana menghasilkan produk mahasiswa yang terampil dan siap kerja dengan program magang dan menjalankan 40 SKS di perguruan tinggi luar negeri.

Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta itu juga membahas tentang peran pemerintah terhadap perkembangan perguruan tinggi swasta. “Secara keseluruhan jumlah PTS adalah 90 persen dari total perguruan tinggi di Indonesia, tapi jumlah dosennya hanya 200 persen dari jumlah dosen PTN. Namun, kebijakan yang akan segera diterapkan oleh Menteri akan semakin menjauhkan campur tangan pemerintah terhadap perkembangan PTS. Hal itu akan kami suarakan juga pada Menteri,” katanya.

Rektor ITS, Prof. Dr. Ir. M. Ashari, M. Eng sebagai pembicara, menjelaskan strategi penyiapan akreditasi internasional yang bisa dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia. Perguruan tinggi harus pintar-pintar memilih badan akreditasi internasional.

“Cara pemilihan badan akreditasi internasional antara lain adalah kesesuaian substansi bidang ilmu yang akan dinilai, kelembagaan/badan penilai, reputasi dan kematangan badan tersebut, serta biaya yang diperlukan,” katanya.

 

 

Ia juga menjelaskan proses akreditasi internasional juga sama seperti akreditasi BAN-PT, yaitu pelaporan (report), study visit, dan examination. “Keuntungan akreditasi internasional di suatu lembaga adalah program studi yang kita akreditasikan berarti memiliki kualitas yang sama dengan program studi di instansi luar negeri yang mendapatkan nilai akreditasi yang sama di badan tersebut,” ujarnya.

Semantara Wakil Rektor UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D sebagai pemateri kedua, menekankan pentingnya Kantor Urusan Internasional (KUI) di perguruan tinggi. “Perguruan tinggi yang memiliki KUI sudah pasti lebih bisa memprioritaskan internasionalisasinya karena ada lembaga sendiri yang menangani urusan internasional. Termasuk kegiatan mobilitas mahasiswa, dosen, maupun staf ke luar negeri,” tuturnya. (ir)

Loading

428 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *