Lpk | Surabaya – Dewan Pimpinan Pusat Garda Pemuda NasDem mengadakan tahlilan dalam rangka mengenang tujuh hari wafatnya KH. Ahmad Bagdja, mantan sekjen PBNU era Gus Dur dan Ketua Umum PB PMII Periode 1977-1981.
Acara yang dirangkai dengan Diskusi Kepemudaan bertajuk “Melawan Intoleransi, Merawat Kebhinnekaan, Menjaga NKRI” digelar di RM. Agis, Jl. Raya Wisma Pagesangan No.197, Surabaya, Room Arjuna 1 hari Minggu (15/3/2020), pukul 13.00WIB.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah tokoh senior Kelompok Cipayung, yaitu: KH. Prof. Dr. Ali Maschan Musa (PMII); Choirul Anam (Ansor); M. Nabil (HMI); Antonius Sumitomo (PMKRI); Daniel Rohi (GMKI); dan Didik Prasetyono (GMNI).
Menurut Sekjen DPP Garda Pemuda NasDem, Moh. Haerul Amri, mereka akan mengikuti doa bersama untuk almarhum Ahmad Bagdja sekaligus memberikan testimoni tentang keteladanan Ahmad Bagdja sebagai aktivis lintas jaman dan lintas generasi.
“Para senior Kelompok Cipayung kita ajak tahlil dan doa bersama untuk mendiang Ahmad Bagdja. Setelah itu mereka kita minta memberikan testimoni tentang ketokohan dan keteladanannya yang kemudian dirangkai dengan acara diskusi tentang kepemudaan,” kata Haerul Amri.
Dalam sambutann sekjen Garda Pemuda NasDem yang jamak dipanggil Aam itu menyampaikan bahwa acara ini didedikasikan tidak hanya untuk pemuda dan kader-kader NasDem, tetapi untuk seluruh pemuda yang sebagian besar hidupnya untuk dihibahkan untuk masyarakat, bangsa dan negara.
Garda Pemuda NasDem hanya bertindak sebagai fasititator dan mediator untuk pemuda Indonesia, khususnya Jawa Timur agar mengambil sisi baiknya terhadap nilai-nilai perjuangan yang dilakukan Ahmad Bagdja di masa hidupnya”. ungkap Aam
Lebih lanjut, mantan Ketua umum PMII Jombang itu menjelaskan bahwa Ahmad Bagdja adalah sosok visioner yang menginspinksi. Semangat dan ketulusannya dalam memegang prinsip perjuangan merupakan teladan yang layak diadopsi dalam gerakan kepemudaan kini dan akan datang.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Bidang OKK Partai NasDem Jawa Timur, Nico Ainul Yakin menyampaikan bahwa Ahmad Bagdja adalah senior para aktivis yang memiliki segudang pengalaman, berproses dari bawah menjadi aktivis mahasiswa yang konsisten dan berani disaat kampus mengalami proses “pengebirian politik” oleh orde baru pada dekade 1970-an. Bahkan, ketika menjadi Ketua Umum PB PMII, Bagdja berhasil mengkonsolidasi PMII menjadi salah satu OKP yang diperhitungkan.
“Almarhum Bagdja adalah bukan hanya senior bagi kader-kader PMII, namun juga senior bagi seluruh generasi muda khususnya pemuda yang berhimpun di semua OKP. Ketokohannya diterima oleh semua kalangan, baik ketika menjadi aktivis kampus maupun saat menjadi Ketua Umum PB-PMII dan Sekjen PBNU,” terang Cak Nico panggilan akrab Ketua Umum PMII Jawa timur periode 1994-1996.
Cak Nico yang juga bertindak sebagai moderator dalam sesi dialog acara ini mengatakan hahwa Intoleransi, Kebhinnekaan, dan NKRI yang menjadi tema dalam acara “Mengenang tujuh hari wafatnya Ahmad Bagdja” merupakan tema yang selatu dibicarakan, dan tema yang universal ini juga menjadi bagian visi kepemimpinan Ahmad Bagdja di masa hidupnya. (ir)