Lpk | Trenggalek β Dalam Prosesi Ritual Adat “Nyadranan” (Labuhan) Puluhan warga di Kabupaten Trenggalek ikut serta mengarak dan melempar kepala kerbau ke dasar Sungai Bagong yang sudah menjadi tradisi tahunan pada setiap Jumat Kliwon/Bulan Selo dalam penanggalan Jawa, Jumat, (03/07/20).
Tradisi Ritual Adat Nyadranan Di Sungai Bagong itu menjadi tontonan ratusan warga sekitar, terutama saat kepala dan bagian tubuh lain seperti kaki-kaki dan kulit kerbau dijatuhkan panitia nyadranan dari bibir sungai atau bendung irigasi ke dasar sungai.
Tradisi unik ini menjadi perhatian warga dan sejumlah wisatawan karena kepala kerbau yang dilempar ke sungai, diperebutkan oleh warga yang sudah menunggu di bawah dengan cara menyelam ke dasar sungai.
βIni merupakan bentuk wujud syukur para petani di sini dalam bentuk sedekah bumi. Keberadaan dan irigasi ini telah membantu pengairan sawah petani yang tersebar, terutama di dua kecamatan di Trenggalek Diantaranya Ngantru dan Pogalan,β Ucap Sumilih Ketua RT 15 Kelurahan Ngantru sekaligus sebagai Panitia Acara.
Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun yang melibatkan ratusan petani yang tinggal di aliran Sungai Bagong.
Menurut cerita dari sumilih , pada zaman dulu tradisi Nyadranan di sungai bagong yang di inisiasi oleh Ki Ageng Minak Sopal yang merupakan seorang adipati di awal babad Kabupaten Trenggalek yang kemudian dinobatkan sebagai tokoh pahlawan pertanian di Trenggalek karena beliau telah berjasa membangun bendung irigasi dam bagong pada abad XVI sehingga saat ini dam bagong mampu mengairi sawah lebih dari 800 hektare, Tutur Sumilih.
Dulu Ki Ageng Minak Sopal mengejar Nyadranan dengan tumbal Kepala Gajah berwarna putih , tapi lambat laun tumbal tersebut sangatlah langka dan sulit didapatkan sehingga tumbal yang dulunya kepala gajah kini diganti dengan kepala kerbau, Pungkasnya. (awr)