Lpk | Mataram – Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 menilai konstelasi pemilihan kepala daerah (pilkada) akan jauh berbeda dari biasanya. Keadaan pandemi covid-19 tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan maupun ekonomi, melainkan juga merambah pada dunia politik.
Mi6 memprediksi Calon Kepala Daerah yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini dipastikan hanya akan menjadi penggembira.
“Situasinya akan berubah, para calon tak bisa lagi mengandalkan pola-pola seperti yang biasa dilakukan sebelum pandemi melanda,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto, SH, Selasa dini hari ( 14/7 ) melalui siaran pers.
Pria yang akrab disapa Didu mengatakan, kasus penyebaran covid-19 yang tak jua mereda memberikan hambatan bagi para calon mendekatkan diri dengan calon pemilih. Para calon tak bisa berkampanye secara masif dengan mendatangi warga hingga menciptakan kerumunan yang justru mengabaikan anjuran pemerintah.
“Para calon harus memberikan contoh dalam melaksanakan protokol kesehatan,” katanya.
Meski berat, lanjut Didu, masih banyak hal yang bisa dilakukan para calon dalam meraih suara. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi digital. Didu menilai calon yang friendly dan mengerti IT memiliki peluang lebih besar untuk lebih dikenal dalam menyampaikan visi misi lewat digital. Kendati begitu, para calon yang kurang akrab dengan tehnologi pun mampu melakukannya asalkan mendapat pendampingan dari tim kampanye yang mengerti dunia digital.
“Dengan covid, para pemilih tentu akan lebih waspada dalam mendatangi kerumunan. Mereka lebih nyaman melakukan apa pun lewat handphone, hal ini yang seharusnya menjadi perhatian bagi para calon,” tandas didu
Didu menyebut tim kampanye media akan memegang peranan vital dalam konstelasi pilkada mendatang. Selain itu Tim kampanye tersebut harus mampu melakukan terobosan dan memetakan platform apa yang hendak digunakan dalam mengenalkan jagoannya. Kecermatan dalam menentukan platform akan berdampak besar pada popularitas dan elektabilitas si calon.
“Misalnya di NTB, coba ditelusuri media sosial yang paling banyak digunakan, apakah Facebook, Twitter, Instagram, atau Youtube,” tambah didu.
Selanjutnya Didu mengulas, tim kampanye harus mampu menyediakan konten yang menarik dan dekat dengan para pemilih. Didu menyebut para pemilih pemula dan generasi milenial menjadi salah satu pendulang suara. Oleh karena itu, ucap Didu, para calon harus mengerti apa yang menjadi kebutuhan para pemilih pemula dan generasi milenial.
“Dengan pemanfaatan teknologi, para calon bisa tetap dikenal calon pemilih tanpa harus melanggar protokol kesehatan,” Pungkasnya. (ir)