Lpk | Surabaya – Pandemi Covid-19 tidak bisa dipungkiri telah mengubah banyak tatanan kehidupan. Salah satunya adalah di bidang makro ekonomi di berbagai negara. Hal itu dipaparkan oleh beberapa pemateri dari berbagai negara dalam konferensi internasional online yang diadakan oleh Universitas Narotama Surabaya, bertajuk “Enhancing Economics Resilience: A Multi Countries Experience of Macro-Economic Policy Responses to Covid-19 Pandemic”.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elistianto Dardak, menjadi keynote speaker dalam konferensi internasional tersebut dengan memaparkan tentang keadaan ekonomi Jawa Timur selama masa pandemi. “Keadaan ekonomi berubah drastis karena daya beli atau konsumsi yang menurun, dengan investasi serta ekspor impor yang terganggu sehingga pertumbuhan ekonomi melambat,” ujarnya mengawali materi.
Untuk Jawa Timur, Emil mengatakan ada tiga fokus yang dilakukan berdasarkan wilayah. Untuk Gerbangkertasusila + Madura, fokusnya adalah untuk menjaga dan meningkatkan daya saing pusat ekonomi nasional. Sedangkan untuk Bromo-Tengger-Semeru dan Selingkar Ijen, fokus untuk meningkatkan potensi pariwisata yang bersinergi dengan berbagai sektor ekonomi di kawasan tersebut.
“Dan untuk Selingkar Wilis dan wilayah selatan, fokusnya adalah untuk mewujudkan dampak ekonomi Trans-Jawa dan bandara Kediri dalam meningkatkan ekonomi di wilayah Mataraman dan wilayah selatan,” tuturnya.
Sedangkan Assistant Professor Robert Voskerichyan dan Senior Lecturer Elena Egorycheva dari Universitas RUDN, Rusia memaparkan krisis yang dialami oleh bisnis-bisnis di Rusia. Sebanyak 29% perusahaan memecat pegawai mereka dengan pesangon, 49% mengubah status karyawan menjadi pekerja paruh waktu dan memotong upah mereka.
“Oxford Economics memprediksi ekonomi Rusia akan pulih 94-95% pada akhir Agustus. Rusia memiliki beberapa kekuatan dalam menangani pandemi Covid-19 ini, beberapa di antaranya adalah jumlah dokter yang relatif cukup signifikan, rendahnya kepadatan penduduk, dan ketergantungan ekonomi yang rendah pada pariwisata dan impor produk,” kata Elena.
Melanjutkan pemaparan tersebut, Prof Shimada Yuzuru dari Universitas Nagoya, Jepang, menjelaskan kebijakan ekonomi di Jepang selama pandemi Covid-19. Antara lain adalah diadakannya bantuan untuk perseorangan, bantuan untuk UKM dan freelance, serta bantuan untuk kegiatan seni budaya.
“Jepang sudah memiliki dasar hukum untuk pembatasan kegiatan sosial dan ekonomi sejak tahun 2012 lewat peraturan tindakan khusus terkait pandemi influenza dan penyakit menular baru. Dalam peraturan itu sudah dijelaskan pengimbauan masyarakat untuk tidak keluar rumah dan imbauan penutupan tempat hiburan serta fasilitas tempat orang banyak berkumpul. Sehingga bantuan finansial untuk masyarakat juga harus dilakukan,” tuturnya.
Konferensi Internasional Universitas Narotama Surabaya itu juga dihadiri secara online oleh Presiden Universitas Narotama, Hj. Rr. Iswachyu Dhaniarti DS.ST.,M.HP dan Rektor Universitas Narotama, Dr. Ir. H. Sri Wiwoho Mudjanarko, ST.,MT.,IPM yang membuka acara dengan sambutan. (ir)