foto : Ketua HKTI dan Pimpinan Cabang Bulog Jember saat memproses 10 ton beras petani
Lpk | Jember – Bulog Cabang Jember membeli beras petani sesuai dengan ketentuan Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.24 Tahun 2020.
Didalamnya disebutkan Kadar Air (KA) tidak melebihi 14%, Derajat Sosoh minimal 95%, Butir Patah maksimal 20%, dan Menir maksimal 2%.
Gudang Semi Permanen (GSP) Kertosari, salah satu gudang milik Bulog Cabang Jember, hari ini (26/3) memproses 10 ton beras kiriman petani yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Cabang Jember.
Kepada awak media Pimpinan Cabang, Budi Sultika, mengatakan, “Ini menjadi bagian dari program menyukseskan penyerapan gabah dan beras oleh Bulog. Untuk itu kami mengapresiasi HKTI”.
foto: 10 ton beras petani masuk dan diproses Bulog Jember di Gudang Semi Permanen (GSP) Kertosari
Budi juga menjelaskan, kerjasama ini bersifat mutualisme dimana kedua belah saling diuntungkan. Dari sisi Bulog, beras kiriman petani akan dianalis terlebih dulu sehingga benar-benar sesuai ketentuan yang berlaku. Sementara dari petani, mereka akan mengejar standar mutu sesuai ketentuan pemerintah.
Sebelumnya ada MoU antara keduanya dalam hal penyerapan gabah dan beras. Didalam klausul disebutkan bahwa barang (gabah dan beras) yang bisa diterima adalah sesuai ketentuan Permendag no. 24 tahun 2020.
Budi melihat beras dari petani (lewat HKTI) masih perlu diperbaiki kualitasnya. “Edukasi ini harus kita sampaikan. Tidak serta merta Bulog menerima atau menolak barang tapi di sana ada proses edukasi yang kita sampaikan ke petani,” ucap pria alumni IPB itu.
Pinca Bulog itu memastikan pihaknya akan terus menyerap gabah dan beras petani selama kualitas barangnya sesuai ketentuan. “Kami terus melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani di Jember, tidak usah diragukan komitmen itu,” tandas pria penggemar gowes itu.
Tahun ini Bulog Jember sanggup menerima 40 ribu ton gabah (KG) atau setara 38 ribu beras. Hasil outputnya, masih kata Budi, beras Bulog tidak lagi dikenal jelek tapi berkualitas.
Dari pantauan awak media, pada hari yang sama Bulog juga menerima kiriman beras dari mitra (pengusaha). Mereka sudah terbiasa kirim beras dan kualitasnya memenuhi standar Bulog. Sangat dipahami para mitra memiliki sarana dan prasarana mesin lebih bagus dari petani atau kelompok tani (HKTI) sehingga berasnya diterima oleh Bulog.
“Poin pentingnya kerjasama dengan mitra adalah harga pembelian gabah dan beras oleh mereka ke petani itu berapa,” ungkap Budi. Hal ini dilakukannya sebagai kontrol harga di lapangan.
Dari mitra tersebut, lanjut bapak dari empat anak itu, ia belajar banyak hal. “Mereka diuntungkan ketika membeli gabah, ada katul, dan olahan lain. Jadi saya lebih tahu lagi bisnis gabah dan beras itu di lapangan,” kata Budi.
Budi memastikan tidak ada pembatasan atau kuota. “Saya pastikan semua terbuka. Kalau HKTI kirim dua tronton pun asal barangnya bagus tetap saya terima,” pungkas Budi.
Sementara itu Ketua HKTI, Jumantoro, mengapresiasi Pimpinan Cabang Bulog Jember. “Keterbukaan yang dilakukan oleh Pimpinan Cabang Bulog Jember ini harus kita kawal,” kata mantan aktivis itu.
Reporter : Sigit