Foto : Dr H Rosyid, S.Pd,. M.Si,. M.P, kasi SMA SMK PK-PLK di Kantor Cabang Dinas Wilayah Jember (sebelah kanan)

Lpk | Jember – Data mengejutkan terungkap, hampir 30 % siswa se- tingkat SMA putus sekolah akibat pembelajaran secara daring (dalam jaringan). Hal itu diungkap oleh DR H Rosyid, S.Pd,. M.Si,. M.P, Kepala Seksi (Kasi) SMA, SMK, PK-PLK, Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Jember yang meliputi Kabupaten Jember dan Lumajang, Rabu (7/4). Rosyid mengatakan hal itu pada acara Dialog Publik yang diselenggarakan di Pendopo Bupati Jember, Wahyawibawagraha, dengan tema Ayo Ke Sekolah.

Padahal, menurut Rosyid, Kabupaten Lumajang sudah melaksanakan Pembelajaran secara Tatap Muka (PTM) sejak Bulan Juli 2020 dan hingga saat ini tidak ada laporan akibat Covid-19.

Rosyid menyampaikan data, ada 73.723 siswa SMA, SMK, PK-PLK di Jember dimana 38 ribu laki-laki dan 35 ribu perempuan. “Di seluruh Jawa Timur ada dua kabupaten dan kota yang masih mempertahankan pembelajaran secara daring, Kota Kediri dan Kabupaten Jember,” katanya.

Sebenarnya pihak Kantor Cabang Dinas sudah berkirim surat ke Bupati, kala itu Faida, minta agar PTM tetapi ditolak. “Salah satu syarat PTM itu harus ada ijin Ketua Satgas Covid-19 dalam hal ini Bupati,” katanya dengan nada kecewa.

Syarat lainnya, kesiapan sekolah dalam mitigasi bencana non alam (covid-19) dan surat ijin orang tua. ” Kami nyatakan bahwa kedua syarat pertama sudah kami lakukan tetapi oleh Bupati Faida tetap tidak diijinkan,” katanya kesal.

Foto : Nara sumber Dialog Publik, Ir Mirfano, Kompol Kadek Ary Mahardika, Ardi Pudjo Prabowo dan Dr. Alfi Yudisianto

Akibatnya selama 1 tahun lebih pembelajaran secara daring berdampak kurang baik. Ia mengatakan dengan tegas, hampir 30% siswa SMA, SMK, PK-PLK putus sekolah. Alasannya, banyak yang membantu orang tua bekerja, keluar kota, bahkan ada yang jadi pembantu rumah tangga. Pembelajaran secara daring tidak bisa menggantikan PTM. “Tidak ada yang bisa menggantikan pembelajaran di sekolah. Di rumah lepas kontrol dan orang tua lebih percaya pendidikan diserahkan kepada guru,” tegas Rosyid.

Hal kedua, masih kata Rosyid, kesenjangan pendidikan (disparitas) sangat terasa saat tidak ada PTM. Ketiga, terjadi kesenjangan mutu pendidikan.

Rosyid mengutip kata-kata Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, “Tempat yang paling aman saat proses pembelajaran itu ada di sekolah”.

Kekecewaannya semakin besar ketika jam pelajaran, anak-anak remaja (seusia SMA) banyak duduk-duduk di kafe atau warung kopi. Jarang sekali Satgas Covid-19 berkeliling saat jam sekolah, padahal sekolah ditutup.

Acara dialog dihadiri oleh Sekdakab, Ir. Mirfano mewakili Bupati Jember, Wakapolres, Kompol Kadek Ary Mahardika, Ketua IDI Jember, Dr. Alfi Yudisianto, dan Ardi Pudjo Prabowo, anggota Komisi D DPRD Jember.

Ardi Pudjo Prabowo sebelumnya mengatakan, Komisi D yang membidangi Kesehatan dan Pendidikan akan terus bekerja sama dengan Pemda.

“Saat ini ada tiga kecamatan yang sudah hijau. Bagi zona hijau wis wayahe, tidak usah nunggu lama,” pungkas Ardi.

Reporter : Sigit

Loading

408 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *