YALPK | Surabaya – Sepertinya antara komite dengan pihak sekolah SMKN 6 Surabaya saling tuding terkait pungutan yang dilakukan kepada siswa sebesar Rp 300 ribu untuk pembangunan fasilitas indoor seluas 28 meter persegi. Pasalnya, Komite sekolah yang sengaja menemui wartawan bersama wakil sekolah tak mengakui kalau pungutan itu sudah diamini, dan mengaku masih wacana sehingga belum bisa diberlakukan.
“Kami hanya tahu wacananya saja namun masalah keungan tidak tahu,” kata Yudi Ketua Komite Sekolah SMKN 6 Surabaya di dampingi Sekretaris Komite dan dihadiri Wakasek Bidang Kesiswaan, Istyowati kepada wartawan, Jum’at (28/6/2019).
Menurut Yudi, sebetulnya kami belum berani menarik sumbangan karena masih wacana yang telah dibicarakan terkait rencana pembangunan fasilitas indoor di sekolah. Namun yang terjadi, pihak sekolah sudah mulai melakukan pungutan dari wali murid dengan besaran Rp. 300 ribu per siswa.
“Kalau sudah ada landasannya sih monggo. Seperti pembangunan Masjid yang sudah berdiri itu karena keikhlasan,” ucap Yudi.
Yudi yang juga kebetulan seorang anggota Polri berdinas di Polda Jatim tak menampik, tentang rancangan rencana pembangunan ruang indoor ini sudah lama sekitar 3 tahun dibicarakan. Bahkan, Bagian Sarpras, Singgih bersama Istyowati pada pertemuan sebelumnya, indoor akan dibangun di belakang sekolah dengan rincian biaya mencapai Rp 1 miliar. Dengan luasan areal tanah 28 meter persegi yang akan dimulai pembangunannya pada bulan Juli 2019. Tapi saat ditanya, sudah berapa dana yang terkumpul hingga saat ini, kedua wakil sekolah itu berdalih kami tidak tahu sebab ada di bagian keuangan, padahal bulan depan akan mulai direalisasikan. Selain itu ditegaskan bahwa pungutan ini tidak disampaikan melalui edaran.
“Sumbangan itu disampaikan dan disepakati melalui rapat komite sekolah dan sudah dilakukan pemungutan sebab bulan Juli 2019 nanti sudah akan direalisasikan,” akunya.
Selian itu, Yudi mengaku, dalam rapat antara sekolah dengan wali murid kami komite tidak ada. Padahal pengakuan pihak sekolah mekanisme pungutan sumbangan sudah melalui tahapan yang panjang guna menentukan waktu dimulainya pembangunan fasilitas tersebut.
“Sekali lagi, masalah keuangan kami belum tahu, nanti kita akan ketemukan dengan pihak sekolah (Kepala sekolah.red) dan hasilnya akan kita sampaikan,”terangnya.
Sementara itu, Dwi salah satu Wali Murid yang ikut hadir dalam pertemuan itu mengaku, pada saat rapat pembahasan rencana pembangunan indoor yang disampaikan kepala sekolah berbunyi sumbangan wajib yang disampaikan kepada semua wali murid yang hadir dengan pertanyaan, Apakah semua setuju?.
“Semua wali murid milih diam dan selanjutnya di jawab sendiri oleh pak Barun (Kepala Sekolah.red) setuju ya, sambil mengakhiri sambutannya,” ungkapnya.
Yudi tetap kekeh dalam pernyataannya, bahwa persoalan ini tidak sepenuhnya Komite tahu. Kami tetap berharap pembangunan indoor tetap berjalan, namun harus melalui tahapan yang benar. Untuk itu, kita akan membicarakan dengan pihak sekolah.
“Kasih saya waktu bicarakan dengan sekolah dan nanti akan saya akan beritahu kepada teman-teman (wartawan.red),” serunya.
Namun, yang jadi pertanyaan dalam hal ini, kalau komite tidak tahu persoalan ini tidak sepenuhnya benar, Sekretaris Komite, Tukar Hariyanto yang juga hadir pada pertemuan sebelumnya sebenarnya telah menyimak persoalan yang sedang dibicarakan dengan wartawan. Anehnya, penyampaian kepada saudara ketua tidak dijabarkan secara detail sehingga terkesan ada yang ditutupi dengan dalih belum bertemu muka.
“Saya dengan ketua sudah menyampaikan apa yang ditanyakan teman wartawan namun tidak seluruhnya karena per telphone,” alasan Tukar.
Diakhir pertemuan, Yudi menegaskan sekali lagi, bahwa perlu lebih jelas membicarakan persoalan ini dengan semua pihak baik komite maupun dengan pihak sekolah.
“Saya berterima kasih sekali kepada teman-teman (wartawan.red) kalau dibilang organisasi kami lemah bisa dibilang seperti itu maka kami akan memperbaiki,” pungkasnya.