YALPK | Surabaya – Bakat melatih memang sudah ada dalam diri Jasmine Michella (19). Mahasiswi Universitas Narotama yang sudah menggeluti bidang olahraga karate sejak duduk di bangku SMP itu pun mulai dipercaya untuk melatih anak-anak ketika merasa rankingnya sebagai atlet karate di Jatim tidak akan bisa naik lagi.

“Saya memang merasa ada bakat melatih. Apalagi di awal tahun saya mulai merasa kalau jadi atlet saja kurang greget rasanya dan rangking saya di Jatim juga tidak akan bisa naik lagi dari ranking 3. Kemudian pelatih meminta saya melatih anak sabuk putih yang akan mengikuti kejuaraan dalam waktu 2 minggu. Waktu itu target saya tidak hanya membuat anak ini bisa ikut serta, tapi juga dia harus juara,” cerita Jasmine.

Pendekatan yang dilakukan Jasmine pada anak ini lebih dengan cara halus dan friendly sehingga mereka lebih mengerti. Ternyata dengan pendekatan dan bakat melatih Jasmine, ia bisa mengantarkan anak itu ikut serta dalam kejuaraan dan dinyatakan sebagai pemenang.

“Dari situ saya semakin percaya diri untuk menjadi pelatih. Setelah itu juga saya dihubungi oleh Kemenpora untuk mewakili Jawa Timur mengikuti tes pelatih,” ungkap gadis kelahiran 17 Juni 2000 itu. Jasmine pun mengikuti serangkaian tes untuk menjadi pelatih dan lolos dengan nilai yang melebihi standar pelatih pada umumnya. Jasmine lebih fokus pada bagian melatih fleksibilitas dan teknik para atlet.

Sebagai pelatih baru, Jasmine tentunya masih mengalami beberapa kesulitan ketika menghadapi murid terutama yang usianya masih anak-anak. Apalagi beberapa di antara mereka biasanya tidak berniat berlatih karate dan hanya karena dipaksa orangtua. “Saya pernah diminta melatih murid sabuk kuning karena pelatih lain sudah tidak kuat sama dia. Kuncinya memang harus benar-benar sabar. Diikuti dulu cara mainnya, diajari dengan lembut akhirnya dia mau latihan juga dengan murid-murid yang lain,” tutur mahasiswi Fakultas Hukum UNNAR itu.

Mulai Februari, Jasmine juga telah dikontrak oleh Forki NTT untuk melatih atlet di Kupang. Tentunya itu adalah sebuah tantangan besar untuknya karena kultur dan tingkah laku anak-anak yang pastinya berbeda dengan di Jawa Timur. “Pertama kali sampai di NTT saya sempat kebingungan karena masih di bawah standar sekali kemampuan mereka. Tapi saya yakin dan percaya bahwa mereka pasti bisa. Dan hasilnya latihan 4 bulan mereka sudah menjadi 1 tim yang solid,” ujarnya bangga.

Uniknya, ternyata Jasmine menggeluti karate juga karena paksaan orangtuanya. Ayah Jasmine menyuruh putri kesayangannya itu untuk mengikuti karate agar bisa mempertahankan diri ketika sedang berada di luar rumah. “Awalnya saya malas dan banyak alasan agar tidak ikut latihan. Tapi Papa tahu kalau itu hanya alasan. Tapi justru karena paksaan itu saya bisa sampai jadi pelatih dengan sabuk hitam dan Dan 3.”

Karate pun sudah menjadi kehidupan Jasmine. Ia belajar banyak hal dari karate. Dari mulai disiplin, tepat waktu, komunikasi dengan benar, sopan santun, dan lainnya. “Karate bukan hanya pertahanan diri tapi juga melatih saya untuk lebih menghargai segalanya. Waktu, orang lain, dan diri saya sendiri,” tutupnya. ( ir )

Loading

572 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *