YALPK | Mojokerto – Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong terwujudnya kemampuan kemandirian pesantren di Jawa Timur. Upaya tersebut dilakukan dengan menerapkan investasi berdampak (Impact Investing) melalui program One Pesantren One Product (OPOP) yang tujuan akhirnya memberi manfaat pada santri dan masyarakat sekitar pesantren.
“Hari ini, salah satu yang memang sangat menjadi harapan dari berbagai pihak adalah kemandirian dari pesantren,” ujar Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak saat menjadi narasumber Seminar Nasional bertema Manajemen dan Pemberdayaan Pesantren di Institut KH. Abd. Chalim Jl. Tirtowening km 17, Desa Bendunganjati, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Kamis (25/7) malam.
Lebih lanjut Emil Dardak menjelaskan, untuk mampu mewujudkan kemandirian pesantren terdapat beberapa unsur yang harus dilibatkan. Antara lain, masyarakat dan pemerintah yang peduli terhadap keberadaan pesantren, serta kemampuan pesantren untuk mendorong kemandiriannya mengelola unit usaha produktif.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Pemprov Jatim sedang mengupayakan program OPOP dengan cara memetakan grand design. Pemetaan tersebut sedang dirancang Dinas Koperasi dan UKM, UNUSA, ITS, dan Dewan Usaha Kecil Internasional atau International Council for Small Bussiness (ICSB).
Emil Dardak mengharapakan, agar pesantren mampu memainkan perannya sebagai pembuat barang (makers), sekaligus mau mengkonsumsi produk sendiri (swadesi).
“Yang disasar one pesantren one produk agak berbeda bukan hanya sekedar kegiatan ekonomi, harus benar-benar menjadi barang, ada wujud produk yang memang dibuat dan dihasilkan di pesantren,” jelasnya.
Pemprov Jatim juga akan membantu investasi untuk menciptakan communal branding yaitu merk dagang produk-produk unggulan pesantren yang ada di Jawa Timur agar dapat dipercaya oleh masyarakat.
“Merek communal ini yang pemerintah provinsi bantu invest baik itu pencitraan mereknya, kemasannya, jalur pemasarannya, iklannya, sehingga masyarakat percaya,” tegasnya.
Sehingga pada akhirnya, program tersebut diharapkan dapat segera dijalankan dan mampu memberikan dampak positif serta bermanfaat bagi santri dan masyarakat di sekitar pesantren.
“Itu cita-cita kita bersama memang tidak mudah jalannya tapi kita harus membuktikan kita bisa mencetak 1.000 produk ungulan pesantren,” pungkasnya.
Acara tersebut dilanjutkan dengan peninjauan perusahaan air minum dan SPBE sebagai bentuk usaha atau Industri Kecil dan Menengah (IKM) milik Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Desa Bendunganjati, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.(jf)