YALPK | Surabaya – Jadi orang nomor satu di kabupaten Trenggalek, tak menyurutkan semangat Muhammad Nur Arifin untuk menyelesaikan studi S1-nya yang sempat terbengkalai beberapa tahun. Bupati di wilayah pesisir selatan Jawa Timur yang akrab disapa Gus Ipin ini Sabtu (24/08) akhirnya berhasil menempuh ujian dan mempertahankan skripsi berjudul “Implementasi Program Gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan (Gertak) Sebagai Upaya Penanggulangan Kemiskinan di Trenggalek”.
Mantan vokalis grup band Marsmellow yang oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) tercatat sebagai Bupati termuda di Indonesia ini sengaja mengangkat soal pengentasan kemiskinan di Trenggalek karena ingin menguji bagaimana manajemen strategis dari upaya yang sehari-hari digelutinya secara langsung itu secara akademik dan ilmiah. “Saya ingin program Gertak sebagai ikhtiar pengentasan kemiskinan yang saat ini pelaksanaannya sedang saya pimpin di Trenggalek bisa dikaji secara akademik, agar saya juga bisa mempertanggungjawabkan pelaksanaan program itu secara ilmiah. Bukan sekedar pertanggungjawaban politis saya sebagai pejabat publik”, ujar bupati kelahiran 7 April 1990 ini.
Hasilnya tidak sia-sia. 5 orang dosen yang menguji skripsi karya suami Novita Hardini ini memberinya nilai 91 dan mengganjarnya dengan predikat sangat memuaskan. Menurut Dr. Slamet Riyadi, MP, MM, dosen FE Ekonomi dan Bisnis yang menjadi pembimbing sekaligus salah seorang penguji, skripsi yang disusun Gus Ipin sangat memenuhi syarat-syarat kajian keilmuan di bidang manajemen strategik. “Baik secara teoritik maupun metodologi. Persoalan program Gertak yang diusungnya mengandung unsur-unsur adanya continous improvement, sustainability of business process, serta kebijakan berbasis human centered design yang didukung data-data mutakhir”, ujar Slamet, yang sehari-hari menjabat Warek 2 Unitomo seusai sidang.
Mau Lanjut S2.
Atas hasil ini, Ipin dinyatakan berhak mengikuti yudisium dan wisuda Unitomo September mendatang. Dan baginya, hal ini penting karena bisa menjadi wujud baktinya kepada orangtua. “Seperti orangtua umumnya, orangtua saya pun ingin saya dan adik-adik saya bisa lulus kuliah dan meraih gelar sarjana. Itu sebabnya meski sudah jadi bupati, dan justru karena kesibukan saya untuk jadi bupati beberapa tahun lalu itu saya pernah di-DO dari kampus saya yang lama, namun saya tetap berusaha agar bisa menyelesaikan kuliah saya, meski di kampus yang berbeda. Apalagi Unitomo bukan kampus yang asing bagi saya, karena almarhum bapak saya pun alumni kampus ini”, ujar sulung dari 3 bersaudara ini yang mengaku juga punya rencana untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2. ( ir )