YALPK | Surabaya – Lolos menjadi atlet yang ikut bertanding dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 adalah keinginan Jasmine Michella, mahasiswi Universitas Narotama. Ia merupakan atlet Karate yang mewakili NTT. Sebelum bisa lolos ke PON, Jasmine harus mengikuti Pra PON yang diadakan pada awal November 2019.

“Kebetulan saya dan 2 atlet lain dibentuk untuk menjadi tim beregu di Pra PON 2020 dari NTT. Saya, Maria Yosephina Dengor (Osi), dan Eleonora Ao (Elen) sudah dibentuk sejak 4 bulan yang lalu dan alhamdulillah kami sudah mengikuti banyak kejuaraan dan meraih kemenangan meskipun belum juara 1,” katanya.

Terakhir, mereka bertiga meraih medali perak dalam Walikota Surabaya International Open – Karate Championship 2019. Jasmine mengakui dalam kejuaraan tersebut tim mereka sudah mulai menemukan keselarasan yang mereka latih selama ini.

“Selama 4 bulan ini kami sempat lepas satu sama lain karena ego masing-masing. Sampai kemudian Osi bilang kalau dia ingin sekali kami menang di piala Walikota itu. Dari situ kami mulai berusaha lagi membangun percaya diri, menyatukan semangat dan berlatih keras,” tutur mahasiswi Fakultas Hukum UNNAR itu.

Karena medali perak yang mereka raih, mereka diberi kesempatan oleh NTT untuk berlatih di Jepang bersama Japan Karate Association (JKA) atas hasil kesepakatan kerjasama antara NTT dan JKA. “Atlet NTT yang meraih medali emas, perak, dan perunggu di piala Walikota kemarin akan diberangkatkan ke Jepang untuk latihan pada bulan Oktober selama 1 bulan. Kami tidak muluk-muluk ingin menang di PON, target kami bisa lolos sehingga NTT tidak lagi dipandang sebelah mata. Jadi kami akan berlatih dengan keras,” ujar gadis kelahiran 17 Juni 2000 itu.

Selama 4 bulan itu pun Jasmine merasakan tantangan besar tergabung dalam tim beregu. Pasalnya, Jasmine sudah cukup lama tidak menjadi atlet karena fokus menjadi pelatih. Namun karena permintaan KONI NTT, Jasmine harus menjadi atlet dalam tim beregu bersama dua orang lainnya.

“Beregu itu jauh lebih sulit karena gerakan kami benar-benar harus sama sampai harus seperti cermin. Latihan di matras saja sama sekali tidak cukup. Kami harus sinkronisasi dari keseharian juga. Tidur bareng, kemana-mana bareng. Benar-benar harus membangun chemistry. Sampai-sampai di dapur pun kami menghabiskan waktu bersama sambil berlatih agar gerakan kami sama. Ini memang tantangan tapi terasa seru sekali,” tutupnya. ( ir )

Loading

408 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *