Lpk | Surabaya – Cuaca ekstrim sedang melanda Indonesia. Hujan deras dan angin kencang meninggalkan dampak besar bagi masyarakat dalam hal kesehatan dan keselamatan. Cuaca ekstrim ternyata juga berdampak pada proyek konstruksi yang sedang berlangsung. Pakar manajemen konstruksi Universitas Narotama Surabaya, Julistyana Tistogondo, S.T.,M.T, atau yang akrab disapa Yulis, memberikan beberapa cara untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrim terhadap pelaksanaan konstruksi.
Yulis mengatakan, proyek konstruksi merupakan proyek yang pengerjaannya cukup kompleks. Ada begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tingkat kesulitan tiap tahap pekerjaannya terbilang tinggi, melibatkan banyak sumber daya dan pihak terkait, resiko tinggi, serta aspek ketidakpastian yang tinggi pula.
“Pekerjaan konstruksi yang dilakukan di alam terbuka tentunya sangat diperngaruhi oleh kondisi cuaca. Saat cuaca cerah, pekerjaan akan berjalan dengan lancar dan sebalinya ketika cuaca buruk maka pekerjaan pun akan terhambat, tidak maksimal, dan tidak bisa berjalan sesuai rencana,” tuturnya.
Oleh karena itu, biasanya untuk menjaga kualitas hasil pekerjaan tetap terjamin harus dilakukan perencanaan. Misalnya protek dengan pengerjaan jangka panjang dan jangka pendek dimulai di akhir musim penghujan atau pada masa peralihan yaitu bulan April-Mei. Ada juga, ia menambahkan, pekerjaan konstruksi yang dipengaruhi oleh cuaca, misalnya pengerjaan gedung dan pemasangan dinding yang harus dilakukan sebelum musim hujan tiba. Karena musim hujan tidak hanya akan menghambat pengerjaan tapi juga menurunkan kualitas dinding yang sedang dibuat.
“Tapi tentunya ada beberapa proyek konstruksi yang terpaksa harus dikerjakan saat musim sedang tidak baik, misalnya saja pada saat cuaca ekstrim seperti sejak Januari lalu. Pihak kontraktor tentu harus bekerja keras untuk menemukan solusi dalam mengatasi dan mengantisipasi dampak dari cuaca ekstrim untuk pengerjaan proyeknya,” katanya.
Yulis melanjutkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi dampak cuaca buruk terhadap pengerjaan konstruksi. Antara lain; mempersiapkan tenda khusus untuk peralatan, material, dan pekerja; pemasangan terpal pada area-area kerja tertentu uang dikhawatirkan mudah rusak atau membahayakan pekerja jika terkena hujan atau angin; mempersiapkan mantel hujan untuk para pekerja; menyiapkan lampu pijar dan blower fan untuk membantu proses pengeringan bagian proyek yang harus selalu dalam keadaan kering; dan pemasangan penangkal petir demi melindungi para pekerja.
“Selain itu pihak kontraktor harus mebuat saluran drainase sementara yang dilengkapi dengan pompa air, kemudian juga melakukan penguatan jalan masuk menuju ke lokasi pengerjaan proyek supaya lalu lintas pekerja dan material tidak terhambat, jika perlu juga menambah lapisan kedap air pada area proyek tertentu,” papar Yulis yang juga seorang praktisi kontruksi.
Kemudian juga melakukan modifikasi pada pengerjaan, misalnya dengan mempercepat pemasangan atap pada proyek pembangunan gedung, dan yang terakhir adalam menggunakan bahan campuran untuk mempercepat proses pengerasan adukan beton.
“Perencanaan K3 yang lebih kondusif juga harus dilakukan dalam melaksanakan proyek konstruksi pada saat cuaca ekstrim. Perlu dilakukannya pekerjaan persiapan untuk penguatan dan perlindungan terhadap lokasi kerja, material, dan peralatan kerja yang digunakan agar tidak menimbulkan bahaya kecelakaan pada saat cuaca ekstrim. “Dan perlu dilakukan pengecekan secara berkala setelah cuaca ekstrim terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan bila didapati adanya kerusakan.” tutupnya. (ir)