Lpk | Sidoarjo – Permasalahan sampah di Sidoarjo terus diurai oleh Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Permasalahan sampah diakui Muhdlor sebagai salah satu problem pelik yang harus segera mendapat solusi.

”Kita coba urai soal sampah ini. Ada dua strategi utama. Pertama, kita intervensi teknologi modern persampahan sehingga kerja pengolahannya lebih efektif, bagaimana dipilah, lalu dikonversi menjadi energi, semua kita siapkan dalam jangka menengah,” ujar Muhdlor, Senin (15/11/2021).

Strategi kedua, lanjut dia, memperkuat standar pemilahan sampah di 7 Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kawasan dan 113 TPST Desa untuk mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jabon. Sejak 25 Oktober 2021, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo menerapkan kebijakan bahwa TPA Jabon tidak lagi menerima sampah nonresidu (sampah yang belum dipilah). TPA Jabon hanya menerima sampah residu (sampah yang tidak bisa diolah lagi). Aturan ini untuk mengurangi volume sampah yang masuk dan memaksimalkan pengolahan di TPST-TPST.

”Ini kerja bersama. Saya minta camat dan kades/lurah ikut bergerak, pantau pemilahan di masing-masing TPST. Untuk desa, anggarkan TPST, bisa melalui Bantuan Keuangan dari pokok pikiran DPRD. Sehingga kita targetkan volume sampah yang masuk ke TPA Jabon bisa berkurang sampai 50 persen atau bahkan tidak sampai dibuang ke TPA Jabon karena sudah dilakukan pemilahan di TPST-TPST,” jelasnya.

Kini pemilahan sampah terus diintensifkan di TPST-TPST. Misalnya, di TPST Prasung yang setiap hari menerima 17 ton sampah. Setelah dilakukan pemilahan, tinggal menyisakan 6,5 ton sampah residu yang tak bisa diolah lagi. Sehingga jumlah sampah yang dibawa ke TPA Jabon bisa berkurang 10,5 ton per hari.

Di TPST Prasung, pengelolaan sampah dikerjakan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang mempekerjakan 20 orang. Setiap hari mereka melakukan pemilahan sampah yang dihasilan dari rumah tangga, termasuk melayani sampah dari desa terdekat yang belum memilki TPST. Setiap harinya KSM TPST Prasung berhasil mengelola 10,5 ton sampah menjadi punya nilai ekonomi.

Contoh lain pengelolaan sampah di TPST Kawasan Sedati Gede yang melayani 5.200 KK, ditambah sampah dari hotel, industri, rumah makan, dan sekolah. Total ada 16 ton sampah masuk setiap hari. Setelah dipilah, tinggal menyisakan 10 ton yang dibawa ke TPA Jabon.

Saat ini ada 7 TPST Kawasan yang aktif, yaitu Tambak Rejo Waru, Tulangan, Barengkrajan Krian, Banjarbendo Sidoarjo Kota, Bluru Kidul, Kelurahan Taman, dan Sedati Gede. Satu TPST Kawasan belum diaktifkan karena ada penolakan dari warga sekitar, yaitu TPST Kawasan Candi Pari.

Muhdlor menambahkan, pihaknya akan membangun dua tambahan TPST Kawasan, yakni di Kecamatan Sukodono dan Kecamatan Sedati, ditarget selesai akhir 2021. ”Kita akan optimalkan setiap TPST Kawasan, nantinya bisa mengelola sampah rumah tangga secara paripurna untuk dikonversi menjadi bahan bakar jenis briket. Kita siapkan teknologinya,” ujarnya.

Kepala DLHK Bahrul Amig menyampaikan pihaknya saat ini tengah menjalankan langkah-langkah yang mendukung percepatan strategi pengolahan sampah di TPST. Terutama kesiapan SDM di TPST-TPST Desa.

“Sesuai arahan Bupati, kita maksimalkan pengolahan sampah di TPST. Kita menyiapkan kader lingkungan. Kita minta setiap desa mengirim 3 orang, kita dampingi dan latih teknik pengolahan sampah,” ujarnya.

“Sedangkan TPST yang sudah mampu mengelola sendiri, tinggal dimonitoring oleh DLHK,” imbuh Amig.

Reporter : Hery-Amir

Loading

222 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *