Lpk | Surabaya – Barisan Gus dan Santri ( BaGus Jatim ) memperingati 40 hari wafatnya dan Membaca Utuh KH. Salahuddin Wahid “Gus Sholeh Kembali Ke Pesantren” di Hotel Santika Jl. Pandigiling No 45 Surabaya, Jumat (13/3) pukul 13.00 WIB.

Acara memperingati 40 hari tersebut diisi dengan membeda buku yang dihadiri oleh Prof. Dr. Nasihin Hasan, Prof. Dr. Mas’ud Said, M.M, dan Wagub Dr. H. Emil Eleatianto Dandan, M.Sc.

Gus Sholeh dimata Gus Wahid Asyari selaku panitia ini tokoh bangsa juga tokoh NU, kita punya inisiatif dari BaGus (Barisan Santri dan Gus ) terus mengenang ketokohan beliau perjalanan hidup khususnya untuk umumnya untuk bangsa dan negara.

“Saya memang kebetulan di detik-detik ya beberapa bulan terakhir ini ikut keliling bersama Gus Sholeh di beberapa daerah, beliau dari yang dipikirkan untuk memperbaiki NU , karena dalam tanda petik NU adalah salah, Gus Sholeh punya keinginan kuat NU ini menjadi benar, cita-cita luhur NU yaitu untuk kemaslahatan umat untuk kebersihan diri terutama dari kepemimpinan,” tegasnya.

Diwaktu yang sama Wagub Wagub Dr. H. Emil Eleatianto Dandan, M.Sc. menuturkan “Ya kami bersyukur bahwa banyak sekali yang sangat mencintai almarhum dan menyelenggarakan acara ini melestarikan antusiasme almarhum terhadap proses-proses diskusi yang produktif yang baik budaya ilmiah tapi juga mengakar sebagai santri inilah yang kita harapkan terus dilestarikan”.

Seperti hari ini buku menjadi tanda kita mengenang 40 hari, kemudian juga kita tadi tetap di isi dengan penyampaian dari kyai-kyai yang kemudian juga menekankan Bagaimana esensi kehidupan Pesantren ini tetap bisa Berjalan seiring dengan perkembangan zaman bukan mengikuti tetapi justru bisa membawa relevansi di setiap perkembangan zaman yang mudah-mudahan ini bisa kita teruskan bersama di Jawa Timur Ibu Gubernur juga menekankan pentingnya pendidikan dan pemberdayaan pesantren di dalam program pengembangan sumber daya manusia kita, tambah Mas Emil sapaan akrabnya.

Sosok Gus Sholeh dimata Mas Emil ” Demokrat beliau lulusan ITB, tapi beliau tidak lepas dari akarnya sebagai seorang santri beberapa kali beliau lebih mengutamakan Pesantren ketimbang hal-hal yang mungkin untuk tolok ukur orang tekhnokrat itu lebih diutamakan, adi Artinya bahwa beliau nggak pernah lepas dari akarnya yang sangat mencintai pondok pesantren tapi juga tidak lepas dari akar keilmuannya untuk menggunakan pondok pesantren supaya senantiasa tetap relevan dalam perkembangan zaman dan teknologi,” tutupnya. (ir)

Loading

355 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *