Lpk | Surabaya – Di masa pandemi membuat kalangan pelukis kehilangan semangat berkarya karena pasar seni lukis mati suri. Meski harganya menurun, pasar tidak juga merespon dengan baik.
“Jika pada krisis moneter tahun 1997 yang terpukul sebatas perusahaan besar namun pagebluk corona 2020 mematikan segala lapisan sehingga daya beli melemah. Terutama produk lukisan kehilangan pasar,” tutur Rokimdakas, pengamat kesenian.
Saat ditemui media LPK Nusantara Merdeka di Taman Budaya Jawa Timur, Selasa (8/9/2020) pukul 11.00 WIB dia menerangkan, karena pasar lukisan macet berimbas pada toko-toko penyedia peralatan senirupa juga macet. Malah ada sebuah toko paling komplit yang jadi jujugan perupa terpaksa tutup.
Lalu bagaimana perupa bisa survive di tengah bencana paling parah ini? Rokimdakas secara berkelakar mengatakan, “memang belum ditemukan orang uang mengalami kematian gegara tidak punya uang. Di tengah kekalutan ada baiknya merenung, betapa Tuhan begitu kasih sayang pada hambanya. Bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”
Bisa diterangkan secara sederhana? Begini, tutur Rokim yang juga sekretaris umum Lembaga Kajian Publik Tugu Pahlawan, kasih sayang Tuhan itu terwujud pada tercetusnya ide-ide kreatif di kalangan perupa. Ide tersebut kemudian diproses dalam kerja.
Ada yang menawarkan kuliner secara virtual, ada yang membuka kursus private melukis, juga ada yang menggarap kerajinan. Macam-macam aktivitas teman-teman yang sebelumnya belum pernah ditangani. Yang penting terus bergerak dan tidak mengeluh. “Kreator itu tidak pantas mengeluh karena hati, pikiran dan tangannya merupakan pabrik uang,” tutur Rokimdakas mengunci percakapan. (ir)