Lpk | Tulungagung – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung bersama Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabhysa) turun langsung ke lapangan guna mencari suspect orang terduga Tuberkulosis (TBC).
Hal tersebut dilakukan guna menyukseskan program yang telah dicanangkan oleh pemerintah pusat yaitu Indonesia Tereliminasi TBC Tahun 2030.
Kepala Dinkes Kesehatan Kabupaten Tulungagung dr. Kasil Rohmad melalui Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Didik Eka menyampaikan tuberkulosis (TBC) di Indonesia masih menjadi suatu permasalahan kesehatan masyarakat yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Bakteri atau kuman tuberkulosis penyakit TBC saat ini sudah ada obatnya.
Didik Eka mengatakan, penanganan tuberkulosis di Indonesia khususnya di Tulungagung ada beberapa kendala yang harus dihadapi.
Masyarakat beranggapan bahwa tuberkulosis adalah penyakit keturunan, penyakit guna-guna atau santet bahkan anggapan bahwa TBC merupakan hal yang tabu.
Sehingga masyarakat kalau dinyatakan positif tuberkulosis, mereka akan merasa ogah atau merasa malu untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Rabu (21/06/2023).
Lanjut Eka menambahkan, pada saat ini penyakit TBC sudah ada obatnya dan bisa diobati, masyarakat tidak perlu khawatir lagi untuk berobat dari pada beresiko menular kepada orang terdekat ataupun sanak keluarga yan serumah atau berdekatan.
Untuk Di kabupaten Tulungagung, kita menggandeng beberapa LSM ,seperti Yayasan Banuyasa Sejahtera (Yabhysa) untuk membantu dalam hal penemuan suspect orang terduga TBC dan penemuan kasus TBC untuk segera diobati,” jelasnya.
Masih kata Didik Eka, para kader Puskesmas, kader ormas termasuk kader Yabisa terus turun ke lapangan dan mencari suspect orang terduga TBC di Kabupaten Tulungagung.
Sepanjang Tahun 2022 lalu, Dinkes Tulungagung telah menemukan 100 persen terduga TBC dari total 13 ribuan yang ditargetkan pemerintah pusat.
Sedangkan dari total target 2200 kasus TBC, Dinkes Tulungagung masih berhasil menemukan 52 persen pasien dan sudah diobati.Tersisa 48 persen yang belum kita temukan dan akan kita temukan tahun ini,” tutur
Didik Eka.
Dirinya berharap, 48 persen kasus TBC di Tulungagung yang masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) tahun ini, bisa segera ditemukan dan segera diobati di faskes secara gratis.
Sehingga kasus TBC itu tidak menular pada kontak se rumah dan kontak erat yang ada didekat orang yang terkena TBC tersebut.
Ketua Yabhysa Tulungagung, Cut Mala Hayati Ansari mengatakan, kerjasama dalam program TBC antara Dinkes Tulungagung dengan Yabisa dilakukan semenjak tahun 2016 silam.
Dalam program itu, kami bertugas untuk melakukan penemuan kasus, melakukan investigasi dan juga melakukan pendampingan pasien hingga sembuh.
Semoga hubungan Yabhysa dengan Dinkes ini tetap terjalin,” pungkasnya.
Reporter : Mujiono