Lpk |  Sidoarjo – Komplek makam Kyai sepuh Pondok Pensantren Sono, Desa Sidokerto Kecamatan Buduran bakal segera direnovasi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Di komplek makam yang berada di dalam kawasan Asrama TNI Guspujat Optronik II Puspalad itu terdapat makam para ulama yang pernah menjadi guru KH. Hasyim Ashari Tebu Ireng Jombang, Pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Ulama besar Sidoarjo yang dimakamkan ditempat itu diantaranya KH. Muhayyin Pendiri Pondok Pesantren Sono bersama dengan dua putranya KH. Abu Mansur dan KH. Zarkasyi. Ayah dari Waliyullah KH. Ali Mas’ud (Mbah Ud), yakni KH. Said juga dimakamkan ditempat ini. Sedangkan Mbah Ud sendiri makamnya terletak di makam umum Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran. Tidak jauh dari komplek makam Kyai Sepuh Sono.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyampaikan terimakasih kepada KASAD Jenderal TNI Dudung Abduraham yang telah mengizinkan Pemkab Sidoarjo untuk merevitalisasi makam-makam ulama sesepuh kota Sidoarjo tersebut.

Jenderal TNI Dudung Abdurrahman bahkan berkunjung langsung ke Guspujat untuk ziarah makam Kyai Sepuh Sidoarjo yang juga ikut berjuang melawan penjajah tersebut. Kedatangan Jenderal bintang empat itu disambut Gus Muhdlor sekaligus didampingi saat berziarah.

KASAD Dudung mengatakan, hari Ini pihaknya bersama Pangdam V Brawijaya dan Bupati Sidoarjo meninjau langsung tempat ini, dimana terdapat situs makam para leluhur pendiri NU. Tempat dimana guru KH. Hasyim Asyari dimakamkan di sini.

“Kebetulan makam tersebut letaknya di kompleks militer. Komplek Asrama TNI AD Guspujad Optronik II Puspalad di Desa Sudokerto Kecamatan Buduran Sidoarjo. Kami izinkan Pemkab Sidoarjo akan melakukan revitalisasi demi untuk memudahkan masyarakat mendapatkan akses,” kata Dudung di makam, Minggu (19/6/2022).

Dudung Menjelaskan, konon ceritanya bahwa para syuhada, para kyai- kyai dalam mempertahankan kemerdekaan mengatur strategi perang di Pondok Sono. Dan pada pendudukan jaman jepang, tempat inilah yang kemudian menjadi makam para syuhada.

Di tempat ini para leluhur guru pendiri NU dimakamkan. Kemudian setelah (tempatnya) diambil alih lagi oleh TNI saat itu, selanjutnya dijadikan kompleks militer dan menjadi gudang senjata Puspalad (Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat).

“Kemudian saya mendapat masukan dari Bupati Sidoarjo, bahwa tempat ini banyak peziarah yang datang ke makam kyai sepuh disini. Akses masuk ke makam sangat kecil, lebarnya hanya 1 meter, sehingga dimohonkan kepada saya untuk dilebarkan. Nantinya di sini akan menjadi obyek bagi para peziarah agar bisa leluasa. Tentunya ini sifatnya pinjam pakai, artinya bahwa ini merupakan aset angkatan darat, aset negara, bisa sama sama dimanfaatkan,” jelas Dudung.

“Bapak bupati juga bisa nantinya membangun untuk kepentingan dan kemaslahatan umat, sehingga masyarakat khususnya warga NU bisa leluasa berziarah di sini. Saya selaku kepala staf TNI AD mengizinkan untuk lingkungan pemakaman ini disempurnakan menjadi area yg bermanfaat, khususnya bagi umat Islam, karena memang yang dimakamkan disini adalah dulunya penyebar agama Islam, sesepuh-sesepuh kyai-kyai kita,” terang Dudung.

Sementara itu Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyambut potitif KASAD Jenderal TNI Dudung mengizinkan bahwa makam tersebut di revitalisasi. Karena ini adalah makam tokoh-tokoh cikal bakal berdirinya NU. Makam ini terletak di Pondok Pesantren Sono. Salah satu pondok tertua di Sidoarjo.

Diantara yang pernah belajar di Pondok Sono, yakni KH Hasyim Asyari Tebu Ireng Jombang, KH. Abd Karim pendiri Ponpes Lirboyo, KH Jazuli Usman pendiri Pondok Pesantren Ploso Kediri dan tokoh-tokoh kyai besar nasional lainnya ditempa dan menimba ilmu di pondok Sono ini.

“Di komplek ini terdapat makam ayah, kakek dan buyut Mbah Ud. Yaitu KH. Said (ayah Mbah Ud), KH. Zarkasyi (kakek Mbah Ud) dan KH. Muhayyin (buyut Mbah Ud). Jadi ini adalah kompleks makam keluarga pendiri Pondok Pesantren Sono. Banyak kyai besar pernah menuntut ilmu di dua pesantren sepuh Sidoarjo yakni Pondok Sono dan Pondok Pesantren Siwalan Panji Buduran,” kata Gus Muhdlor.

Betapa pentingnya makam ini bagi masyarakat Sidoarjo. Alasannya adalah bukti bahwa kota Sidoarjo 200 tahun yang lalu menjadi pusat peradaban pendidikan islam.
Sehingga bagi kami dan semua yang merasa menerima tongkat estafet para pendahulu (kyai sepuh Sidoarjo) mendorong lebih semangat dalam meneruskan dan memperjuangkan pendidikan islam yang menjadi warisannya.

“Kami sampaikan terimakasih sebesar besarnya kepada pak Kasad Jenderal Dudung Abdurrohman karena sudah memberikan izin bagi kami. Ini merupakan penghargaan bagi kami. Atas nama pribadi dan Pemkab Sidoarjo sudah kami sampaikan kepada kyai sepuh, semuanya mendukung, dan responnya positif,” ujar Gus Muhdlor.

Gus Muhdlor menambahkan, alasannya adalah karena komplek makam Kyai Pondok Sono tersebut simbol sejarah pergerakan dan perjuangan tokoh Sidoarjo.

“Terimakasih pak KASAD atas kehadirannya, atensinya, semoga ini jadi ladang pahala bagi semua. Doa kami untuk pak Kasad atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Sidoarjo, semoga beliau sehat selalu, panjang umur, dan kairnya lebih cemerlang. Ini pertama kalinya kami bertemu seorang jenderal yang punya atensi lebih, punya perhatian pada cagar budaya, heritage peninggalan masa lampau yang bisa menjadi suatu potensi, karakter kabupaten sidoarjo kedepannya,” uraianya.

“Sekali lagi Pak Kasad, ini kado terindah bagi kami. Dan komitmen untuk saling memperbaiki, saling melengkapi menjadi tanggung jawab kami ke depannya,” tandas Gus Muhdlor.

Reporter : Edy

Loading

184 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *