Lpk | Surabaya – NGOPI Vol.6 yang diadakan BI “Siap Raih Pasar Ekspor di New Normal” Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah, mengajak untuk bersama-sama kita tebarkan tag *”Ekspor itu Gampang”* dengan harapan supaya Indonesia mengikuti jejak negara lain seperti Vietnam, Thailand, Korea, dan Turki yang dengan mudah dapat melakukan kegiatan bisnis ekspor.

Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi mengubah paradigma pelaku usaha agar bersemangat dalam memanfaatkan peluang di pasar global, mengingat potensi produk ekspor Jawa Timur dan Indonesia yang sangat besar. BI Jatim juga akan terus berkoordinasi dengan KPwBI di LN (Tokyo, Singapura, dan Beijing), serta perwakilan dagang di Australia dan negara lainnya untuk menjajaki potensi ekspor UMKM.

Mochamad Yatim dari Kantor Wilayah Bea Cukai Jatim menyampaikan “bahwa terdapat fasilitas diberikan oleh Dirjen Bea Cukai kepada UMKM yang telah memenuhi persyaratan untuk menjadi IKM ekspor, yaitu berupa fasilitas KITE IKM. Fasilitas ini ditujukan tidak hanya kepada pengusaha besar saja, namun sekarang juga menyasar pada pelaku usaha kecil atau IKM”.

Dengan adanya fasilitas ini, Dirjen Bea cukai tidak hanya memfasilitasi kegiatan impor saja, namun juga berkomitmen untuk memfasilitasi kegiatan ekspor IKM., berupa fasilitas pembebasan mesin, pembebasan bahan baku dan pembebasan barang-barang contoh; serta adanya fasilitas PLB yang berfungsi sebagai tempat pameran pemasaran produk untuk dapat dilihat oleh pengusaha asing. Intinya Dirjen Bea cukai siap membantu mendorong kegiatan ekspor untuk UMKM yaitu berupa kemudahan prosedur impor tujuan ekspor bagi pelaku usaha atau IKM.

Fernanda Reza – Free Trade Agreement (FTA) Center Surabaya tujuan utama dibentuknya FTA sebagai upaya dalam meningkatkan ekspor yaitu dengan cara melakukan percepatan penyelesaian perjanjian perdagangan dengan negara lain, sehingga Indonesia memiliki daya saing yang tidak kalah dengan negara lain. Dalam rangka persiapan Indonesia Australia – CEPA (IACEPA) yang akan berlaku mulai 5 Juli 2020, dihimbau kepada semua pelaku usaha untuk melakukan kegiatan ekspor ke Australia karena produk Indonesia tarifnya 0% masuk ke Australia. Bahwa sampai dengan tahun 2019, Impor Indonesia ke Australia masih lebih besar ketimbang Ekspornya.

WTO memperkirakan akibat Pandemi COVID 19, perdagangan global akan turun tahun ini, bahkan negara besar pertumbuhan ekonominya sudah minus, sehingga berpengaruh pada ekspor Indonesia yang juga menurun. Dengan adanya peluang IACEPA, diharapkan ekspor Indonesia akan naik, mengingat Australia banyak melakukan investasi di Indonesia, namun dalam hal industri pengolahan masih kurang bersaing dibanding Indonesia.

Hal ini sangat menguntungkan Indonesia, mengingat industri pengolahan di Indonesia lebih kuat, sehingga bahan baku yang diinvestasikan Australia akan diolah di Indonesia dan hasilnya kan di ekspor ke Australia dan negara lainnya.

Sedangkan menurut Septrianto Maulana – Sekretaris Umum GPC HIPMI Gresik, UMKM merupakan penggerak perekonomian negara sehingga perlu dikembangkan untuk dapat bersaing di pasar global. Dalam impor/ekspor selalu membutuhkan peran dari logistikyang dikenal dengan Freight Forwarder, yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan jasa dalam pengurusan dokumen maupun pengiriman dan penerimaan barang ekspor maupun impor melalui jalur udara maupun jalur laut.

Lingkup perusahaan logistik ini tidak hanya dari satu negara ke negara lain (door to door), bisa juga hanya sebagian saja mengurusi ekspornya hanya sampai barang keluar dari Indonesia. Hal ini tergantung dari kerjasama pemilik barang dengan perusahaan logistik dan alur logistik yang dijalankan. Saat ini peluang ekspor produk UMKM cukup luas, namun UMKM yang sudah menjalankan ekspor masih tidak lebih dari 15% padahal produk kita cukup diminati oleh negara-negara lain. (ir)

Loading

233 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *