Lpk | Surabaya – Untuk mengenang Pertempuran Laut Arafuru, Komandan Pangkalan Utama TNI AL V (Danlantamal V) Laksamana Pertama TNI Tedjo Sukmono, S.H.,CRMP bersama prajurit dan PNS dijajarannya menggelar doa bersama dan menyaksikan film dokumenter A Brave Gentlemen yang dihelat di Gedung Serba Guna, Mako Lantamal V, Surabaya, Selasa (15/1) malam.

Doa dan pemuatan film A Brave Gentlemen ini merupakan ranahaian peringatan Hari Dharma Samudera tahun 2020 untuk mengenang Pertempuran Laut Arafuru 15 Januari 1962, yang dilakukan secara serentak diseluruh satuan TNI AL dari Sabang sampai Merauke teapt pukul 20.05 Wib.

Tampak hadir Wadan Lantamal V Kolonel Marinir Jasiman Purba, S.E. para Asisten Danlantamal V, para Kasatker dan Kepala Dinas serta para perwira staf dijajaran Lantamal V lainnya.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, S.E.,M.M. dalam amanatnya yang di bacakan Danlantamal V sebelum pemutaran film mengatakan bahwa Pertempuran Laut Arafuru yang terjadi pada tanggal 15 januari 1962 telah tercatat sebagai pertempuran laut paling heroik dalam sejarah indonesia.

Tiga kapal cepat ALRI jenis Motor Torpedo Boat ( MTB), yaitu RI Harimau, RI Matjan Tutul, dan RI Matjan Kumbang harus berjibaku melawan tiga kapal kombatan dan sebuah pesawat udara kerajaan Belanda.

Ketiga MTB yang tergabung dalam satuan tugas chusus-9 atau STC-9 ini, sebenarnya mengemban tugas infiltrasi mendaratkan pasukan Angkatan Darat di timur Kaimana sebagai langkah awal perjuangan Trikora.

Sesuai dengan rencana operasi, unsur-unsur STC-9 harus kembali ke Pangkalan manakala posisinya diketahui musuh, namun Armada Tempur Belanda terus mengejar dan menyerang tiga MTB ALRI ini.

Di tengah situasi genting dengan kekuatan yang tidak seimbang itu, Deputi-I Men-KSAL Komodor Yos Sudarso yang berada di RI Matjan Tutul sebagai senior officer present afloat mengambil alih Komando Kapal tersebut dengan melakukan manuver menyongsong gerak maju tiga Kapal Kombatan Belanda, sehingga serangan semua kapal musuh tertuju pada RI Matjan Tutul.

Kumandang “Kobarkan Semangat Pertempuran” yang diserukan oleh Komodor Yos Sudarso lewat radio telefoni, mengiringi perlawanan RI Matjan Tutul menghadang Armada musuh yang lebih unggul kekuatannya.

RI Matjan Tutul tenggelam secara gentle and brave bersama Komodor Yos Sudarso yang gugur sebagai kusuma bangsa.

Pengorbanan “Pahlawan Samudera” itu justru mengobarkan sentimen nasional untuk segera mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi dan berhasil diwujudkan pada tanggal 1 Mei 1963.

Para prajurit yang berjibaku telah melaksanakan semua prosedur peran tempur yang telah ditetapkan dengan benar. Mereka juga bisa menempatkan diri, bertindak sesuai dengan tingkatan jabatan dan kewenangan meski dalam situasi yang sangat genting sekali pun. Selain itu para Pahlawan Samudera itu juga menunjukkan kepada kita bahwa mereka memiliki keberanian dan harga diri serta kehormatan sebagai prajurit yang tidak mudah dikalahkan.

Para prajurit Angkatan Laut yang turut berjuang dalam pertempuran laut tersebut telah mampu menjabarkan nilai-nilai inti atau The Core Values Angkatan Laut yang telah diformulasi sebagai Trisila TNI Angkatan Laut, sebuah pedoman moral yang digagas oleh Komodor Yos Sudarso saat berpangkat kapten pada tahun 1956.

Trisila TNI Angkatan Laut yang terdiri dari Disiplin, Hirarki, dan Kehormatan Militer, lahir dari perjalanan sejarah Angkatan Laut, karakteristik medan juang di mandala samudera dan tekad menjadikan bangsa maritim yang jaya, sudah sepantasnya kita jadikan landasan moral fundamental bagi seluruh Prajurit Angkatan Laut.

Nilai-nilai pertempuran laut arafuru yang luhur ini harus menjadi jiwa dan semangat generasi penerus untuk menghadapi tantangan tugas masa kini dan masa depan yang tidak kalah beratnya.

Pentingnya arti pewarisan nilai-nilai kepahlawanan pertempuran laut arafuru ini, menjadi pertimbangan utama acara mengenang pertempuran laut arafuru, memiliki dua tujuan, yaitu acara ini diselenggarakan sebagai salah satu bentuk penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pahlawan pertempuran laut arafuru dan pertempuran laut lainnya, yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan keutuhan negara kesatuan republik indonesia yang kita cintai.

Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya.
Tujuan kedua yang tidak kalah pentingnya adalah mewariskan nilai-nilai luhur para pahlawan pertempuran laut kepada generasi penerus untuk dapat diaktualisasikan dalam tugas-tugas kekinian.

“Kenyataan telah memperlihatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter nasionalnya yang mampu menyaring nilai-nilai global untuk kepentingan nasionalnya,” terangnya.

Salah satu upaya pewarisan nilai-nilai luhur adalah dengan memelihara dan mempertahankan tradisi yang sudah kita miliki selama ini. tradisi memberi jiwa dan roh bagi lingkungannya untuk terus menjaga nilai yang diwariskan para pendahulunya dalam mencapai tujuan bersama.

“Melalui tradisi, nilai-nilai luhur tetap terjaga walaupun selalu diterpa oleh berbagai gelombang perubahan zaman.
oleh karenanya tidak berlebihan, apabila dalam kesempatan ini saya akan meluncurkan buku “Tradisi TNI Angkatan Laut” sebagai bagian dari upaya pewarisan nilai-nilai luhur yang telah berkembang di lingkungan Angkatan Laut,” pungkas KSAL. (ir)

Loading

377 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *