Lpk | Surabaya – Masa pandemi memengaruhi perubahan di banyak aspek kehidupan, termasuk yang paling terpengaruh adalah proses pembelajaran di sekolah yang berubah menjadi daring (online). Setelah dilakukan selama hampir satu semester, proses pembelajaran online sudah mulai berproses menjadi lebih baik dibandingkan saat awal masa pandemi.

Namun, masih ada kesulitan yang dirasakan oleh murid, guru, dan orangtua dalam proses sekolah online. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Narotama Surabaya, Andini Dwi Arumsari, S.Psi, M.Psi, menjelaskan beberapa hal yang penting untuk disiapkan dalam proses sekolah online.

“Sekolah online berarti anak melakukan proses pembelajaran yang selama ini mereka lakukan di sekolah, sekarang mereka lakukan di rumah. Sehingga hal yang paling penting dalam sekolah online adalah kesiapan orangtua. Kesiapan orangtua terdiri dari banyak hal. Kesiapan untuk mendampingi anak, kesiapan mental untuk berperan sebagai guru, dan juga kesiapan untuk menyediakan fasilitas dan suasana belajar terbaik untuk anak,” jelas dosen PG PAUD Universitas Narotama itu.

Andini melanjutkan, orangtua harus membagi peran mereka dalam mendampingi anak dan mengatur jadwal belajar anak untuk sekolah online, “Jadwal belajar di luar waktu sekolah untuk anak yang sekolah daring ini sangat penting diatur sesuai kebutuhannya. Karena pembelajaran online kadang membuat anak lebih sulit untuk menyerap materi, sehingga orangtua harus mengatur waktu belajar dengan menerapkan kedisiplinan agar anak tetap bisa memahami materi pelajaran layaknya sekolah offline,” tuturnya.

Orangtua yang berperan sebagai guru dalam proses sekolah daring ini menantang kesiapan mental orangtua untuk tetap sabar mendampingi anak dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Andini menambahkan, ini adalah tantangan yang sangat besar karena tidak sedikit orangtua yang tidak biasa mengajari anaknya. Dalam situasi ini, orangtua harus bisa memahami mood anak.

“Jangan mudah emosi ketika anak sulit memahami materi, karena sekolah daring ini juga berat untuk anak. Mereka yang biasanya menerima penjelasan secara langsung dari guru, sekarang hanya mendengarkan atau mendapat materi secara daring. Belum lagi tugas dari guru yang semakin banyak, membuat anak semakin terbebani. Tugas orangtua adalah mendampingi dan jika bisa, membantu anak memahami materi,” katanya.

Dari sudut pandang seorang dosen dan Dekan FKIP, Andini mengatakan sekolah daring ini juga menjadi tantangan bagi guru. Perubahan yang serba mendadak membuat guru harus mengasah otak mereka dan menjadi sekreatif mungkin demi bisa mentransferkan ilmu pada murid-murid mereka seefektif saat sekolah offline.

“Di balik 1 jam mengajar kelas online, ada persiapan panjang yang dilakukan oleh seorang guru. Mereka sangat mengusahakan agar murid-murid bisa memahami materi. Cara yang paling banyak dilakukan akhirnya adalah memberikan banyak tugas pada murid agar mereka bisa memahami materi. Tapi tugas yang terlalu banyak itu kemudian membuat murid mengeluh, sehingga dilema juga jadinya,” tutup Andini. (ir)

Loading

332 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *