Lpk | Bojonegoro – Bojonegoro merupakan daerah yang Ketika kemarau potensi kekeringannya cukup tinggi. Hal tersebut sudah menjadi musibah rutin yang harus dialami oleh sebagian wilayah di Bojonegoro setiap tahunnya.
Terakhir pada 2019 lalu berdasarkan data yang dihimpun oleh BPBD Bojonegoro, tercatat sebanyak 17 Kecamatan di Bojonegoro mengalami kekeringan.
Salah satunya merasakan dampak kekeringan di setiap tahunnya adalah pesantren Al Fajar, yang terletak di desa Kapas, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro – Jawa Timur yang setiap kali kemarau mengalami krisis air.
Hal tersebut dikarenakan sumber air dari sumur dangkal peninggalan Belanda yang biasa digunakan untuk mencukupi kebutuhan air pesantren mengering, sehingga untuk mencukupi kebutuhan air setiap harinya, para santri mengandalkan bantuan air dari masyarakat.
“Sampai saat ini kita masih menggunakan sumur dangkal peninggalan Belanda, jadi kalau kemarau sering surut.” ucap Ustadz sa’idi (36) selaku Kepala Pondok Al fajar
“Rata-rata Sumur disini memiliki kedalaman 13-20 meter, sementara sumur ini hanya sedalam 7 Meter.” Imbuhnya
Pengurus Pondok Pesantren Al Fajar menuturkan bahwa pihaknya belum memiliki biaya yang cukup untuk membuat sumur yang lebih dalam, dan pihaknya juga tidak menggunakan layanan PDAM lantaran biaya yang terlampau mahal.
“Kalau kedalaman segitu otomatis harus menggunakan sumur Bor, dan itu lumayan mahal bagi kami. Dan kalau pakai PDAM biayanya operasionalnya tiap bulan bisa sampai 5 kali lipat lebih mahal.” Tuturnya.
Menyikapi hal tersebut, Aksi Cepat Tanggap pada Jum’at (10/07) lalu mengimplementasikan program sumur Wakaf yang diharapkan bisa menjadi solusi krisis air yang dialami oleh para santri sehingga tidak lagi mengandalkan bantuan air dari masyarakat setiap harinya.
“Kami berterimakasih atas bantuan sumur wakaf ini, mengingat dalam waktu dekat ini para siswa dan santri akan Kembali lagi ke pesantren, terlebih saat ini kita akan menghadapi musim kemarau, dan ini akan sangat bermanfaat bagi kami.” Pungkas Sa’idi
Melalui tim program ACT Jatim, Mashudi (46) menyebutkan bahwa banyak wilayah di Jawa Timur yang berpotensi mengalami kekeringan, untuk itu Mashudi mengajak masyarakat untuk terus senantiasa ambil peran dalam program kemanusiaan Sumur Wakaf ini.
“Tentu apabila semakin banyak dermawan, maka akan semakin banyak masyarakat yang terbantu.” Ungkap tim program ACT Jatim. (*/ir)