YALKP | Nusa Dua – Forum Indonesia -Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 di Nusa Dua, Bali telah berakhir pada Rabu (21-08-2019), Menteri Luar Retno Marsudi, Menko Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan serta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengadakan pernyataan pers bersama.

Menurut Menko Luhut, forum ini adalah implementasi dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika yang diselenggarakan pada tahun 1955.

“Saya bisa merasakannya dimana negara-negara Afrika ini sangat menunggu kita untuk membuka hubungan dan kemarin pun Presiden menegaskan bahwa kita adalah saudara,” kata Menko Luhut.

Menurut Menko Luhut selama ini negara-negara yang mempunyai kapital besar tidak memiliki latar belakang yang sama dengan mereka, lain dengan Indonesia yang pernah mengalami menjadi negara miskin sehingga kita bisa menyelesaikan masalah bersama-sama dengan lebih realistis dan melakukan pendekatan dengan hati, karena kita punya masalah yang sama.

“Saya katakan pada mereka kita tidak datang hanya ngambil, ngambil, ngambil lalu ekspor. Kami ingin juga ada nilai tambah. Pengalaman pahit, seperti bagaimana orang datang investasi ke Indonesia hanya untuk mengambil saja, tidak pernah ada _added value _ dan itu yang kita alami berpuluh-puluh tahun di indonesia. Karena itulah kita berbagi pengalaman pahit ini kepada mereka agar tidak terulang lagi dan tentu kita juga berbagi pengalaman baik kita,” tambah Menko Luhut.

Menko Luhut mengatakan di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo ini pemerintah ingin semua mempunyai nilai tambah. “Banyak investasi ke Indonesia itu hanya ambil hasil raw material lalu diekspor balik. Di zaman Presiden Joko Widodo itu, kita mulai itu dengan nilai tambah. Contoh seperti nikel, sekarang itu supply exchange sudah jalan di Morowali dari mulai nikel, stainless steel, carbon steel, katoda hingga baterai litium dan itu nilai nya sudah lebih dari sepuluh kali dan itu punya nilai, sehingga pada tahun depan yaitu 2021 itu akan jadi pengekspor stainless steel terbesar di dunia,” jelasnya.

Dalam pernyataan bersama tersebut Menko Luhut juga menyinggung Jepang-Africa Forum, ia mengatakan sedang menimbang untuk meminta kepada Jepang agar Indonesia juga bisa masuk lewat forum tersebut.

“Jadi pola seperti ini membuat mereka semua menjadi senang dan permintaan dari mereka tadi pertahanan misalnya, kelima negara tadi yang saya ketemu mereka semua ingin kerjasama, misalnya pembelian baju-baju seragam militer. Saya sampaikan kami juga menawarkan seragam militer ke NATO, kami punya soft rifle bagus. Kemudian, kapal juga kami punya PT. PAL, serta industri pesawat terbang,” ujarnya.

Menko Luhut mengatakan forum ini bisa menjadi tempat bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinannya di kawasan.

“Menurut saya ini adalah potensi ini bagus. Ibu Menlu sudah sampaikan coba kita cari sekitar empat atau lima negara yang kita bisa take jadi segera itu satu. Yang kedua, kita lihat mana potensi-potensi energi, minyak atau mineral yang bisa kita secure tapi harus ada added value nya tadi sehingga dengan begitu kita bisa maju,” tegas Menko Luhut.

Menjawab pertanyaan wartawan Menko Luhut mengatakan bahwa respon negara-negara ini tidak ia bayangkan sebelumnya. “Saya akan berkunjung kesana, ke 3-4 negara. Jangan cuma negara-negara barat saja. Juga soal kelapa sawit, kan Nigeria juga memproduksi, kita harus melawan ramai-ramai diskriminasi yang dibuat oleh Eropa tadi. Itu kan tidak adil. Kita harus sama-sama melawan diskriminasi ini,” ujarnya kepada wartawan.

Ekspor nikel

Merespon pertanyaan media tentang percepatan larangan ekspor bijih nikel Menko Luhut mengatakan Presiden yang akan mengumumkannya. “Tunggu aja dari Presiden. Saya ingin sampaikan undang-undangnya sudah ada, mineral dan batu bara itu. Yang penting itu seperti yang saya bilang tadi, ada nilai tambahnya. Jadi kalau kita tadi low grade, nikel itu kita larang ekspor itu akan bisa diekstrak kobalt dari sana,” jawabnya.

Menurut Menko Luhut Indonesia punya sumbernya sehingga bisa diolah di Indonesia juga. “Ekstrak kobalt dari sana itu akan jadi bahan material baterai litium dan 70% itu semua ada di Indonesia. Jadi kita akan menjadi producer baterai litium yang mungkin terbesar di dunia. Artinya apa, kita jadi global player, kan nilai tambah. Jadi sekarang jangan karena dia ekspor sedikit-sedikit dan dapat sedikit, lantas dia korbankan satu planning terbesar,” ujar Menko Luhut, sambil menambahkan Presiden sudah memahami hal tersebut.

Jadi, menurutnya tinggal tunggu saja pengumuman Presiden, diharapkan investasi pada tahun 2023 bisa mencapai 18-20 milyar USD. “Dan ekspor kita akan sampai 30-an milyar USD. Kan luar biasa. Pertanyaan saya dari kapan keluhan itu? Dari dulu. Antam itu saja 40% kerjanya ekspor. Dari Sekian puluh tahun ada pabriknya tidak? Saya hanya melihat ini national interest, tidak ada kepentingan lain. Tidak ada ya. Tidak ada urusan lobby-lobby disini. Saya ulangin ya tidak ada urusan lobby melobby. Urusannya logika, berpikir. Kamu ekspor tadi nikel tadi itu hanya dapat 600-700 juta USD.
Sekarang kita buat added value, tahun lalu kita sudah ekspor itu stainless steel 5,8 milyar USD, tahun ini 7,3 milyar USD dan tahun depan itu akan 12 milyar USD. “Dan angka ini akan terus bertambah sejalan dengan jumlah investasi. Itu untuk generasi kamu, bukan untuk generasi saya,” pungkas Menko Luhut menjawab pertanyaan wartawan.

Bilateral

Menko Luhut pada hari kedua masih melakukan pertemuan bilateral dengan beberapa negara Afrika. Dari pertemuan-pertemuan tersebut dapat pada umumnya disepakati untuk melakukan perlawanan bersama terhadap penjajahan ekonomi dan teknologi.

Pada pertemuannya dengan Menteri Perencanaan Senegal Cheikh Kante terungkap rencana kunjungan Presiden Joko Widodo ke Senegal yang direncanakan akhir tahun ini atau awal tahun depan, Menko Luhut mengatakan akan membantu persiapan kunjungan tersebut.

“Kami tertarik bekerjasama dengan INKA untuk membangun perkeretaapian dan perumahan yang bisa digarap oleh WIKA, kami juga ingin mengundang Indonesia untuk melakukan kerjasama peralatan militer,” kata Menteri Kante.

Menko Luhut mengatakan akan membantu dan menawarkan peralatan militer Indonesia lainnya yang sudah diekspor. Sementera, Menteri Kante juga menambahkan bahwa peralatan militer ini penting karena wilayahnya masih belum sepenuhnya bebas dari ancaman terorisme.

“Karena saya memiliki latar belakang militer dan ikut membentuk satuan anti terorisme, mungkin kami juga bisa membantu untuk memberikan pelatihan-pelatihan anti terorisme kepada Senegal,” ujar Menko Luhut, yang disambut baik Menteri Kante.

Menko Luhut meminta bantuan Menteri Kante untuk mempercepat penyelesaian Perjanjian Perdagangan Istimewa (PTA) yang belum juga rampung dalam dua tahun ini. Menteri Kante menyanggupi untuk membantu dan mengundang Indonesia untuk hadir di forum Economic Community of West African States (ECOWAS) organisasi ekonomi kawasan, seperti Economic Community of West African States (ECOWAS) yang akan diselenggarakan pada akhir tahun ini di Ibukota Senegal, Dakar.

Menko Luhut juga bertemu dengan Mr. Ali Kirunda Kivejinja yang telah berusia 84 tahun yang adalah Wakil Perdana Menteri Kedua Uganda. Dalam pertemuan ini Uganda mengundang Indonesia untuk dapat membantu pembangunan perumahan murah dan rel kereta api. Kedua pemimpin juga berbagi pengalaman dalam menghadapi diskriminasi sawit dari Uni Eropa.

Secara khusus Mr. Kivejinja meminta Garuda Indonesia untuk melakukan penerbangan ke Dakar dan sebaliknya, agar Uganda Air bisa mendarat di Jakarta.

Dalam pertemuan dengan Menteri Aisha Mohammed Mussa, Menteri Konstruksi dan Pembangunan Perkotaan Etiopia, Menko Luhut menawarkan beberapa kerjasama di bidang infrastruktur dan Menteri Mussa mengapresiasi hal tersebut. ( ir )

Loading

400 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *