YALPK | Surabaya – Dua dentuman keras terdengar di Perairan Utara Jawa , disusul oleh Bubble Effect (efek gelembung) yang ditimbulkan dari ledakan ranjau yang dinetralisasi oleh Satuan Kapal Ranjau Koarmada II. Tahap netralisasi tersebut menjadi akhir dari rangkaian Latihan Peranjauan TA 2019 yang dilaksanakan Satran Koarmada II pada akhir Juni lalu.
Dengan mengusung tema “ Koarmada II Melaksanakan Latihan Peranjauan di Perairan Utara Jawa Dalam Rangka Mendukung Tugas TNI Angkatan Laut “, Latihan Peranjauan TA 2019 dipimpin langsung oleh Dansatran Koarmada II Kolonel Laut (P) Bambang Kuncoro , S.T., M.Si , yang juga selaku Wakil Direktur Latihan.
Latihan Peranjauan TA 2019 pun dimulai dengan tahap Gladi Posko, Drill Pangkalan, dan Manuver Lapangan. Latihan ini juga menurut Wadirlat Kolonel Laut (P) Bambang Kuncoro, S.T., M.Si merupakan wahana uji Doktrin dan Taktik Peranjauan serta penggunaan Senjata Ranjau TNI AL.
Lebih lanjut Bambang Kuncoro mengatakan jika pada Latihan Peranjauan kali ini, tidak tanggung-tanggung Satran Koarmada II melibatkan 2 KRI kelas Buru Ranjau, yakni KRI Pulau Rengat-711 yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Mufianto Machfud, dan KRI Pulau Rupat-712 dengan komandan Letkol Laut (P) Khalimul Khakim. Juga ada 1 KRI kelas Penyapu Ranjau yakni KRI Pulau Rimau-724 dengan komandan Mayor Laut (P) Marthen Roy T.
Selain itu ikut bergabung 2 pesawat udara Cassa NC-212 dari Puspenerbal TNI AL. Sedangkan Senjata Ranjau Laut yang digunakan terdiri dari Ranjau Jangkar dan Ranjau Dasar yang disebar melalui wahana Kapal Atas Air. Tidak ketinggalan penggunaan Smart Mine (Ranjau Pintar) yang disebar melalui Pesawat Udara dan Kapal Atas Air.
Sementara itu Pangkoarmada II Laksda TNI Mintoro Yulianto, S.Sos, M.Si selaku Direktur Latihan mengatakan meningkatnya kemampuan tempur unsur ranjau merupakan hal penting. Sebab terkait dengan munculnya ancaman yang berdimensi militer, maka TNI AL dalam hal ini Koarmada II harus memiliki kesiapsiagaan dalam pelaksanaan tugas pokok.
“Selain itu dengan mempertimbangkan kondisi geografis sebagai negara kepulauan sangatlah mungkin mengembangkan operasi tempur laut dengan penerapan taktik dan strategi khususnya dalam Operasi Peranjauan,” terang orang nomor satu di jajaran Koarmada II ini. (ir)