YALPK | Situbondo – Diskenariokan bahwa, kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) di wilayah Utara Maluku terancam diinvasi oleh asing ( negara fiktif bernama Musang ) karena iming merebut Blok Setigi ( wilayah fiktif ) yang diceritakan kaya akan Sumber Daya Alam.

Negara asing tersebut melakukan berbagai upaya guna memperoleh dukungan dunia internasional hingga melakukan berbagai upaya provokasi di wilayah perbatasan Republik Indonesia. Bukan itu saja, negara yang berniat menguasi wilayah NKRI itu juga menggalang sekutu dengan negara-negara di wilayah Selatan Indonesia, dengan melaksanakan kerja sama pertahanan, jual beli persenjataan dan menggelar latihan bersama di wilayah Pasifik.

Saat Indonesia dengan kekuatan militernya terkonsentrasi akan ancaman di wilayah bagian Utara dan melaksanakan kampanye militer, tiba-tiba negara Meltim/sekutu Musang di Selatan Indonesia yang sedang melaksanakan latihan militer, mendaratkan satu Divisi pasukannya di wilayah Banyuwangi untuk mengimbas wilayah NKRI.

Negara tersebut pada akhirnya berhasil menguasai obyek vital dan telekomunikasi di wilayah tersebut serta menempatkan kadarnya di wilayah Pulau Sapudi. Divisi militer musuh itu, bukan saja menguasi Banyuwangi tetapi juga bergerak ke wilayah Jember dan Bondowoso.

 

Invasi ini mengakibatkan eksodus besar-besaran khususnya warga sipil di wilayah Banyuwangi ke kota-kota sekitarnya, dan mengancam seluruh industri yang berada di pesisir pantai Jawa Timur karena memang sasaran utama penggerakan kekuatan itu untuk menguasai Sumber Daya Alam Indonesia.

Merespon kejadian tersebut, Presiden RI melalui Panglima TNI, memerintahkan TNI AL untuk mengerahkan unsur-unsurnya yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan ( Kogasgab ), guna merebut kembali wilayah NKRI yang diduduki musuh dengan melaksanakan Operasi Amfibi dengan mendaratkan Pasukan Pendarat di wilayah Banongan.

Setelah sebelumnya melaksanakan Gelar Pasukan, maka pada tanggal 10 Juli 2019 unsur-unsur TNI AL bergerak dari Pangkalan Aku Surabaya ke wilayah perairan Laut Jawa untuk melaksanakan Operasi Laut Gabungan dan pada tanggal 11 Juli 2019 TNI AL dinyatakan telah memenangkan pertempuran laut.

Tepat pukul 03.00 WIB tanggal 13 Juli 2019 yang ditetapkan sebagai jam “J”, Pangkogasgabfib membacakan taklimat untuk mendaratkan pasukan pendarat di wilayah pantai yang dikuasai musuh, didukung dengan bantuan tembakan, hingga akhirnya tumpuan pantai berhasil dikuasai.

Kepala Staf Angkatan Laut ( Kasal ) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, S.E., M.M., meninjau sekaligus menyaksikan secara langsung dari pantai pendaratan pelaksanaan Operasi Amfibi dan pendaratan Pasukan Pendaratan Banongan Jawa Timur, pada hari Sabtu ( 3/7 ), melalui monitor pengawas yang di streaming-kan dari unsur-unsur dalam latihan. Pelaksanan latihan ini dalam rangka menyiapkan unsur-unsur dan prajurit TNI AL pada kegiatan Latihan Gabungan ( Latgab ) TNI Tahun 2019.

Selain melaksanakan latihan operasi militer, TNI AL juga menggelar Bakti Sosial serta pengobatan gratis bagi masyarakat di wilayah Kampung Sumberejo, Asembagus, Jawa Timur. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Satuan Tugas Dukungan Teritorial ( Satgas Dukter) TNI AL yang juga masuk dalam skenario latihan Armada Jaya XXXVII tahun 2019.

 

Latihan ini melibatkan 8.493 personel dengan rincian 1.959 personal pada tahap Geladi Posko dan 6.534 personal terlibat pada tahap Manuvra Lapangan. Para personel Manlap tersebut terbagi dalam beberapa Komando Tugas ( Kogas ), diantaranya Komando Tugas Laut Gabungan ( Kogaslagab ), Komando Tugas Amfibi ( Kogasgabfib ), Komano Tugas Pendaratan Administrasi ( Kogasratmin ), dan Komando Tugas Gabungan Pertahanan Pantai ( Kogasgabhantai ).

Alutsista yang terlibat dalam latihan terdiri dari Kapal Perang ( KRI ) berbagai jenis ( Kapal Selam, Perusak Kawal Rudal, Kapal Cepat Rudal, Perusak Kawal, Angkut Tank, Buru Ranjau, Kapal Tanker, Kapal Bantu Tunda dan Kapal Bantu Rumah Sakit ).

Selain Kapal Perang, juga melibatkan berbagai Pesawat Udara Fixed Wing dan Rotary Wing, serta Alutsista Marinir seperti BMP-3F, LVT-7, BVP-2, KAPA-K61, How 105, RM-70 Grand, PK dan Rubber Boat, serta Puluhan Kendaraan Pendarat Amfibi milik Korps Marinir.

Sasaran dilaksanakannya Latihan Puncak TNI AL ini antara lain, terciptanya kemampuan perorangan maupun satuan untuk mengaplikasikan dan menerapkan Doktrin Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi Pendaratan Administrasi, Operasi Pertahanan Pantai dan Operasi Dukungan Doktrin-doktrin Mantra Laut lainnya. ( ir/hrs )

Loading

716 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *