YALPK | Malang – Pataka Destana Tsunami diserahkan Kepala Badan Koordinasi Wilayah (Kabakorwil) Pemerintahan dan Pembangunan III Prov. Jatim di Malang, Benny Sampir Wanto, kepada Kabakorwil I Prov. Jatim di Madiun Gatot Gunarso, di lapangan desa Ds. Rejotangan, Kecamatan Rejotangan,Kabupaten Tulungagung. Jumat( 19/7)

Prosesi penyerahan Pataka Destana Tsunami diawali dengan penyerahaan pataka dari Kalaksa Kab. Blitar, Heru Irawan kepada Kabakorwil III Prov. Jatim, yang selanjutnya diserahkan kepada Kabakorwil I Prov. Jatim di Madiun. Terakhir, pataka diterimakan kepada Kalaksa Kab. Tulungagung, Soeroto.

“Penyerahan ini menandai berakhirnya beragam kegiatan terkait ketsunamian di wilayah kerja Bakorwil III di Malang oleh BNPB, BPBD Prov. Jatim, dan BPBD, khususnya Kab Malang dan Kab. Blitar,” ujar Kabakorwil III, Benny Sampir Wanto.

Kegiatan ketsunamian yang dilakukan oleh ketiga instansi yang menangani bencana tersebut, jelas Benny, sosialisasi serta penguatan aparatur dan masyarakat desa di pesisir selatan dua kabupaten dalam menghadapi terhadap kemungkinan terjadinya bencana tsunami. Diantaranya, langkah-langkah antisipasi, inventarisasi kesiapsiagaan menghadapi bencana, serta penyelenggaraan panggung pertunjukkan dan api unggun kesiapsiagaan masyarakat.

Sebanyak 34 desa di wilker Bakorwil III, lanjut Benny, telah memperoleh upgrading pengetahuan terkait tsunami, yaitu 15 Desa di Kab. Blitar serta 19 desa di Kab. Malang,dengan pelaksanaan dimulai tanggal 16 sampai dengan 19 Juli. Bidan desa, kader posyandu, ibu hamil, nelayaan, dan pedagang ikan menjadi bagian masyarakat yang menjadi target kegiatan ekspedisi tsunami ini.

Ditambahkan, hasil lain dari kegiatan ini, seperti penambahan beberapa fasilitas terkait ketsunamian, seperti pemasangan dua peta jalur evakuasi di Tambak Rejo Kab. Blitar.


Dalam sambutan penerimaan pataka, Kabakorwil I Gatot Gunarso mengharapkan seluruh komponen di desa, baik aparatur maupun masyarakat desa untuk sungguh-sungguh mengikuti berbagai kegiatan ketsunamian yang diselenggarakan oleh tim espedisi tsunami ini.

“Kita tidak mengharapkan adanya bencana, termasuk tsunami. Pengetahuan dan kelebihan kita menangani bencana, yang bisa terjadi sewaktu-waktu, menjadikan dapat dieliminirnya korban, baik jiwa maupun harta benda” ujarnya dalam upacara yang a.l. dihadiri para pimpinan BPBD Prov. Jatim, Kab Blitar, Kab Tulungagung, serta anggota forum pimpinan kecamatan di Kec. Rejotangan, Tulungagung baik camat, kapolsek, maupun danramil.

Kegiatan eskpedisi destana tsunami di wilker Bakowil I Prov. Jatim ini berlangsung tanggal 19 sampai dengan 22 Juli 2019. Kegiatan akan dilaksanakan di 53 desa, yaitu 9 desa di Kab. Tulungagung, 14 desa di Kab. Trenggalek, serta 30 desa di Kab. Pacitan.


Terkait ekspedisi destana tsunami ini yang dimaksudkan untuk penguatan ketangguhan menghadapi bencana di wilayah pesisir selatan Jatim, KaBPBD Prov. Jatim, Subhan Wahyudiono menjelaskan mulai tanggal 12-22 Juli, diawali dari Kab. Banyuwangi dan berakhir di Kab. Pacitan. Kegiatan ini sendiri, lanjutnya, dilakukan di 25 kabupaten di 5 provinsi di Pulau Jawa, yaitu Jatim, Jateng, Jabar, DIY, dan Banten.

Dijelaskan, kegiatan ini dimaksudkan untuk menginformasikan potensi ancaman tsunami, mengidentifikasi awal ketangguhan desa rawan tsunami, dan mensosialisikan desa tangguh bencana tsunami pada masyarakat dan aparat di desa, kelurahan, kecamatan, serta kabupaten.

“Sebanyak 200 orang Tim Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Pusat hadir di setiap kabupaten yang dikunjungi,” jelasnya. Tim beranggotakan para pemangku kepentingan, seperti BNPB, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Sosial.

Kegiatan ekspedisi destana tsunami ini, di Jawa Timur dibuka langsung oleh Kepala BNPB, Letjen (TNI) Doni Monardo tgl 12 Juli di Banyuwangi, bersama Kabakorwil V Prov. Jatim di Jember dan KaBpbd Prov. Jatim. Saat itu, KaBNPB menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan potensi ancaman bencana tertinggi di dunia dengan total 180.000 korban jiwa dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Jumlah terbesar disebabkan tsunami di Aceh, 26 Desember 2004 dengan total meninggal atau hilang mencapai 166.388 orang. Untuk itu, dibutuhkan pengetahuan masyarakat akan bencana sehingga terwujud desa tangguh bencana, sebagai misi dari ekspedisi ini.tutup (jf)

Loading

451 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *