Lpk | Mataram – PT Bank NTB Syariah kembali mendapatkan tambahan kuota sebanyak 450 unit pembiayaan rumah subsidi dari pemerintah pusat. 240 diantaranya telah dilakukan akad pembiayaan, termasuk sebanyak 160 akad masal pada tanggal 25 Agustus 2020 kemarin.
Pada tahun 2019 Bank NTB Syariah berhasil membukukan akad 1.175 unit rumah subsidi. Sampai dengan semester 1 tahun 2020 Bank NTB Syariah sukses menghabiskan kuota yang diberikan Pemerintah Pusat sebanyak 1.200 unit rumah subsidi program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Acara Akad Masal antara Bank NTB Syariah dengan konsumen rumah subsidi dilakukan bersamaan dengan peringatan Hari Perumahan Nasional (Hapernas) 2020 yang digelar virtual, Selasa (25/8) dan disaksikan langsung oleh Menteri PUPR RI Basuki Hadi Mulyono diiikuti 13 bank mitra FLPP rumah subsidi, termasuk didalamnya adalah Bank NTB Syariah.
Akad Masal pengajuan kepemilikan rumah subsidi dalam program FLPP untuk wilayah NTB dilaksanakan di Hotel Santika yang dihadiri sebanyak 160 nasabah KPR rumah subsidi Bank NTB Syariah, di sela-sela pameran perumahan secara virtual yang diadakan Kementerian PUPR dalam rangka Hapernas 2020 tersebut tetap dilaksanakan dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Direktur Utama Bank NTB Syariah H Kukuh Rahardjo mengatakan peringatan Hapernas 2020 yang dilakukan secara virtual secara bersamaan di seluruh Indonesia oleh 13 bank mitra program FLPP bersama konsumen rumah subsidi dengan jumlah akad masal sebanyak 16.180 debitur.
Pria humble ini mengaku bersyukur atas kepercayaan Pemerintah Pusat kepada Bank NTB Syariah dengan kembali memberikan tambahan alokasi program FLPP di tahun 2020 ini, setelah kuota sebelumnya di semester I-2020 sudah habis terjual. Atas kepercayaan tersebut, Bank NTB Syariah terus berupaya meningkatkan kualitas layanan dan infrastruktur dalam memberikan kenyamanan bagi developer dan juga konsumen.
“Alhamdulillah pertama masuk dalam program FLPP ini tahun 2019, masyarakat melihat ada perubahan dari sisi binis di Bank NTB Syariah, salah satunya adalah kehadiran FLPP. Kami memberikan kemudahan dan kecepatan proses, termasuk kesiapan infrastruktur pendukung yang kami siapkan. Prinsipnya kami akan senantiasa terus meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah dan juga developer selaku mitra,” Kata Kukuh Raharjo melalui siaran pers yang disampai ke media, Kamis ( 27/8 ).
Ia menyebut jumlah perusahaan pengembang (developer) yang bermita dengan Bank NTB Syariah dalam program pembiayaan perumahan terus bertambah. Saat ini yang sudah menjalankan kemitraan dalam program pembiayaan perumahan sudah ada 28 perusahaan. Sementara itu, sedikitnya ada 40 perusahaan masih dalam proses untuk menjadi mitra Bank NTB Syariah.
“Dari jumlah tambahan 450 unit untuk program FLPP ini, tersisa sekitar 260 lagi dan kamis optimis September sudah bisa habis,” ujarnya.
*Makin Mantap ke Pembiayaan Investasi Produktif*
Sementara itu Performa PT Bank NTB Syariah semakin mentereng. Hal ini tak hanya karena ditopang kinerja keuangan yang positif, tapi juga setoran dividen ke pemegang saham, dalam hal ini Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota se-NTB.
“Kinerja apik ini menjadi tolak ukur yang bagus bagi manajemen untuk dipertanggungjawabkan ke pemegang saham. Beberapa indikator dari target perseroan di tahun lalu hampir semua terlampaui.
“Tercatat, untuk asset dari target Rp8,32 triliun tercapai sebesar Rp8,64 triliun atau capaiannya 103,81%. Begitu pun dengan DPK (Dana Pihak Ketiga) dan laba bersih lewati 100 persen dari target,” kata Kukuh Raharjo dalam acara penjurian TopBUMD Awards 2020 yang digelar Majalah Top Business (23/3) silam.
Ia mencontohkan, untuk DPK misalnya, perseroan berhasil mengumpulkan dana mencapai Rp6,81 triliun atau sebanyak 107,22% dari target di angka Rp6,35 triliun. Sementara untuk laba bersih dari target sebesar Rp161,5 miliar berhasil dibukukan sebanyak Rp163 miliar.
Namun di bagian pembiayaan, target yang dipatok sebesar Rp5,89 triliun hanya tercapai 94,72% atau setara Rp5,58 triliun. Akan tetapi tak dapat dipungkiri karena dampak gempa di NTB masih cukup dirasakan perseroan. Sehingga kucuran pembiayaan pun cukup tersendat. Modal perseroan juga berhasil dikumpulkan sebanyak 96,67% dari target Rp1,47 triliun dengan realisasi sebesar Rp1,42 triliun.
Indikator lainnya juga sangat bagus. Seperti rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di level sangat aman yakni 35,47% sedang targetnya di posisi 33,92%. Pun demikian dengan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) juga relative rendah di posisi 76,83% dari target 75,47%. Pun dengan rasio pembiayaan macet (NPF) bisa ditekan rendah menjadi 1,36% dari target 1,46%.
Sementara untuk imbal hasil bagi pemegang saham juga cukup stabil. Tercatat indicator return on asset (RoA) di level 2,56% sedang untuk return on equity meningkat menjadi 12,05% dari target di level 11,62%.
“Dengan kinerja yang bagus itu, perseroan membagikan dividen payout ratio ke pemegang saham sebesar 60% dari laba bersih. Ini juga sebagi upaya untuk mendukung pembangunan di daerah. Karena BUMD hebat, ekonomi daerah melesat,” terangnya
Keberpihakan bank yang semula konvesional bertransformasi menjadi syariah ini juga konsisten menyalurkan pembiayaan ke pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sepanjang tahun lalu, pembiayaan ke UMKM mencapai Rp419,9 miliar.
“Saat ini kami lebih fokus masuk ke pembiayaan produktif, khususnya modal kerja, untuk mendukung pergerakan ekonomi di era pandemi Covid-19. Motivasi kami sangat tinggi untuk mendukung program Pemerintah Daerah melalui pembiayaan kepada sektor industri daerah. Selama ini, NTB mempunyai banyak komoditas, tapi belum ada industrialisasi tercipta sehingga sebagian besar bahan mentah yang dikirim ke luar. Justru akan bernilai lebih bagus jika ada industrialisasi,” urai Kukuh sembari menambahkan seperti pembiayaan komoditas utama pertanian yakni jagung, bawang putih, peternakan sapi, perikanan, bahkan perkebunan kopi.
“Kopi di NTB justru tak kalah dengan daerah lain, seperti Toraja, Mandailing, dan lainnya,” imbuhnya lagi. (ir)