Lpk | Sidoarjo – Upaya meningkatkan produktifitas pertanian terus dilakukan Pemkab Sidoarjo. Salah satunya dengan mengembangkan pertanian urban farming.Bupati Sidoarjo H. Ahmad Muhdlor Ali S.IP atau Gus Muhdlor mengatakan PDRB Kabupaten Sidoarjo dari sektor pertanian sangat kecil. Hanya 2 persen. Selebihnya disumbang sektor industri dan sektor lainnya. Hal tersebut dikemukannya saat menerima kunjungan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian RI Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr di pendopo Delta Wibawa, Jumat, (25/06). Dalam kunjungannya, BPPSDMP ingin mengajak kerjasama dalam peningkatan SDM penyuluh pertanian dan petani Sidoarjo.

Gus Muhdlor melanjutkan Kabupaten Sidoarjo menjadi kabupaten penyangga Surabaya. Salah satunya penyangga di bidang pertanian. Namun dibidang itu saat ini tidak optimal. Untuk itu upaya mengoptimalkan produktifitas pertanian terus dilakukan. Salah satunya melalui peningkatan SDM petani maupun penyuluh pertanian.

“Kehadiran beliau (kepala BPPSDMP) untuk meningkatkan produktifitas tidak lain dengan meningkatkan SDM penyuluhnya, Kabupaten Sidoarjo berkomitmen untuk itu semua,”ucapnya.

Gus Muhdlor sendiri melihat saat ini masyarakat Sidoarjo tidak berminat bertani. Para pemilik sawah lebih memilih menjual sawahnya. Mereka beramsumsi bahwa lebih menguntungkan menjual sawah dibandingkan dengan bertani sepuluh tahun kedepan. Melihat hal itu dirinya meminta ada perubahan paradigma dari pertanian sawah ke pertanian urban farming.

“Kecenderungan itu merubah paradigma dari pertanian yang seharusnya disawah seperti sekarang ini harus ke urban farming,”ucapanya.

Kepala BPPSDMP Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi mendukung pengembangan urban farming yang di lakukan Kabupaten Sidoarjo. Dukungannya dimulai dengan peningkatan kapasitas penyuluh pertanian maupun petani itu sendiri. Termasuk petani milennial yang menjadi sasaran peningkatan SDM bagi pengembangan urban farming.

“Arahan beliau ini akan kita support, dimulai dengan peningkatan kapasitas penyuluh pertanian termasuk petani milennial,”ucapnya.

Prof Dedi mengatakan urban farming memiliki intensitas produksi yang tinggi meski dilahan yang sempit. Termasuk juga intensitas modal maupun teknologi didalamnya yang banyak. Oleh karenanya dibutuhkan SDM dalam menekuni pertanian seperti ini. Dan menurutnya petani milennial sangat tepat diarahkan pada pertanian urban farming.

“Ini sebenarnya betul-betul pertanian yang memerlukan presisi tinggi dan memerlukan SDM yang memang struggle disitu, SDM yang kuat kenapa, modalnya banyak, teknologinya banyak, intensitasnya kenceng luar biasa, petani milennial menurut saya sangat berpotensi untuk diarahkan kesini (urban farming),”ujarnya.

Meski begitu lanjut Prof Dedi, lahan pertanian yang ada di Kabupaten Sidoarjo akan tetap digenjot produktifitasnya. Intensifikasi pertanian akan dilakukan. Jangan sampai terdapat lahan pertanian yang tidak termanfaatkan.

“Jangan sampai ada yang berau (lahan sawah), kalau berau rugi waktu kita, misalkan ada waktu satu bulan (setelah tanam padi) kenapa kita tidak tanam kacang ijo, kacang ijo itu satu bulan panen, dan dia tidak memerlukan air yang banyak yang penting tanahnya agak lembab sedikit dan akan tumbuh bagus dan juga tidak memerlukan pemupukan seperti padi, artinya pupuk bekas padi bisa dinikmati oleh kacang ijo,”ucapnya.

Reporter : Hery-Amir

Loading

274 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *