Lpk | Malang – Riang Salah satu anak sedang asyik bermain englek di RT 07 RW 10 Perumahan Omah View Atas, Kota Malang (Iqbal) “Saat ini banyak anak-anak yang tidak tahu lingkungan sekitarnya, akibat terlalu sering menggunakan gadget dan internet,Papar Arief Setiawan,Dosen HI UB.
Anak, merekalah golongan yang memiliki masa keemasan. Belajar, bermain bersama, meneladani perilaku yang baik, adalah bagian yang penting dalam kehidupan mereka. Lebih penting lagi, mereka berusaha mengenal lingkungan yang notabene tempat tinggal mereka. Semua kebiasaan dan pemikiran telah tertanam sejak usia anak-anak, dan itu akan terekam hingga usia dewasa nanti.
Seperti yang kita ketahui, lumrahnya anak-anak melakukan aktivitas sosial secara langsung. Misalnya, bermain dengan teman sebaya atau keluarga, membuat kerajinan, atau kegiatan lain yang bersifat tatap muka secara langsung.
Namun pada masa pandemi ini, kondisi yang mengharuskan anak-anak tinggal di rumah menyebabkan mereka harus dekat dengan teknologi, misalnya telepon seluler dengan paket internet atau Wi-Fi. Kiranya, semua itu menyebabkan anak-anak terlalu ‘sibuk’ dengan dunia maya dan melupakan lingkungan sosial yang ada di sekitar mereka. Lantas, apakah ini akan berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik anak?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut dan memecahkan isu anak yang terlalu sering bermain gadget, salah satu tim dari program studi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya (prodi HI UB) mencoba mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Sebuah proyek pengabdian yang bertema “Rukun Tetangga Ramah Anak” digarap untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dosen HI UB Vita Amalia Puspamawarni menjadi ketua kegiatan ini dengan Anggota Arief Setiawan. Ada dua kegiatan inti dalam proyek pengabdian ini, yaitu sosialisasi pendidikan digital anak dan kegiatan RT Semarak, beberapa waktu lalu.
Benar saja, kedekatan anak dengan gadget dapat mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak. Bahkan, kepribadian merekapun juga dapat dipengaruhi dengan gadget yang berlebihan –paling jauh, adanya sifat anti-sosial pada lingkungan sekitar. Tak lain lagi, adanya sifat adiksi yang terdapat pada gadget dan internet. Mencari hal yang mereka suka dan sesuatu yang jarang mereka temui menjadi daya tarik bagi anak yang memiliki sifat keingin tahuan yang tinggi.
“Terdapat sifat adiksi dalam penggunan internet oleh anak dalam waktu yang lama. Hal itu dapat menghambat proses perkembangan psikomotriknya,” ungkap Dosen Psikologi Universitas Airlangga Rakhman Adi ketika menyampaikan sosialisasi bahaya penggunaan internet pada anak.
Adi juga menambahkan, “Tidak adanya kontrol diri yang kuat dengan kelabilan yang tinggi, anak-anak rentan menjadi obyek tindak kriminal di media sosial. Jika kita melihat beberapa kasus yang beredar, anak-anak sering mengalami perundungan (bullying), penipuan, hingga pelecehan seksual.Lebih mirisnya, mereka bisa menjadi pelaku dalam tindakan-tindakan amoral tersebut. Tersamarkanya identitas, perilaku latah dengan hal negatif di media sosial, dan tak tahu lawan pergaulan, tiga hal yang menjadi pemicu dari permasalahan anak-anak tersebut.
“Rendahnya kontrol diri dapat melibatkan anak dalam tindak kejahatan siber, seringkali sebagai korban. Namun, tidak menutup kemungkinan mereka bisa menjadi pelaku pula,” ujarnya.
Maka untuk memutus sifat adiksi dan ancaman keselamatan siber pada anak di dunia maya, ada beberapa solusi yang ditawarkan oleh Rakhman. Pertama, Rakhman mengusulkan penggunaan aplikasi family link, yang bisa membatasi penggunaan gadget dengan waktu yang sudah diatur. Kedua, menggunakan fitur save search di perangkat internet gadget untuk menghindari konten-konten sensitif. Ketiga, mengusulkan agar orang tua mengembangkan hobby dan keterampilan anak dengan aktivitas-aktivitas yang bersifat langsung.
“Ketiga hal tersebut dapat menghindarkan anak dari penggunaan gadget yang dapat menimbulkan ketergantungan,” ujar dosen psikologi Universitas Airlangga tersebut.
Dalam kegiatan RT Semarak, tim pengabdian HI UB juga membuat wahana permainan tradisional berupa engklek dan ular tangga di RT 07 RW 10 Perumahan Omah View Atas, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Bersama warga setempat, tim pengabdian juga bergotong royong untuk membuat beberapa karya seni grafis 2 dan 3 dimensi. Hal tersebut sebagai tindak lanjut acara pengabdian yang memfasilitasi interaksi warga, terutama anak-anak agar dapat mengenal lingkungan sekitarnya. “Kita ingin semuanya terlibat,” tegas Vita.
Dukungan pun datang dari Ketua RT 07, Joko Herman. Ia mengungkapkan rasa terima kasih dan dukungannya terhadap kegiatan pengabdian yang bertujuan untuk memperkenalkan anak kepada lingkungan sekitarnya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membina rasa gotong royong dan interaksi antarwarga RT 07.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi warga RT 07. Semoga kegiatan ini dapat dikembangkan di kemudian hari,” pungkasnya.(Ynt).