YALPK | Surabaya – Meraih medali emas dalam kejuaraan tentu menjadi impian setiap peserta. Begitu pula dengan Yosia Chrismas, mahasiswa Universitas Narotama yang baru saja mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah Jawa Timur (POMDA) dalam cabang olahraga Kempo. Namun, Yosi secara sukarela menyerahkan kemenangan dan medali emas itu pada lawannya di babak final. Mengapa?

Ternyata, Yosi yang sudah duduk di tahun keempat masa perkuliahannya itu mengaku lebih memilih untuk menomorsatukan pendidikan. Pasalnya, jika ia meraih medali emas dalam ajang POMDA, maka ia pun harus berangkat ke Jakarta untuk mengikuti Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS).

“Kalau untuk berangkat ke POMNAS, saya sudah tidak sanggup karena pasti harus meninggalkan kuliah. Ketika berangkat POMNAS tahun 2017 saja saya sudah mulai melalaikan kuliah dan hasilnya ada mata kuliah yang harus mengulang. Saya tidak mau seperti itu lagi,” kata mahasiswa Sistem Informasi UNNAR itu.

Yosi pun memberikan kesempatan pada lawannya di babak final POMDA untuk melaju ke ajang POMNAS. “Kebetulan lawan saat final adalah teman akrab saya dari universitas di Surabaya dan dia sebelumnya gagal dapat medali di kejuaraan Porprov. Jadi saya minta dia gunakan kesempatan ini dengan baik untuk menambah jam terbang dan berlatih sungguh-sungguh. Kalau tidak ia gunakan dengan baik, maka jika di pertandingan tahun-tahun berikutnya dia bertemu lagi dengan saya ya saya tidak akan mengalah lagi,” ujarnya bercanda.

Lulusan SMKN 1 Surabaya itu juga tidak terlalu menargetkan untuk bisa mengikuti Pra PON 2020. Apalagi juga karena ia sudah pernah mengikuti Pra PON 2015 meskipun belum bisa lolos ke PON. “Pra PON 2015 seharusnya saya lolos karena sudah masuk 3 besar. Tapi di akhir ternyata terkena sanksi dan poinnya dipotong 5 poin yang menyebabkan posisi saya anjlok menjadi peringkat terakhir,” ungkap Yosi.

Karena hal itu, Yosi sempat vakum selama 1 tahun karena trauma dan merasa kesal. Berkat dorongan teman-teman dan pelatih, akhirnya Yosi kembali menggeluti Kempo. “Tapi saya tetap akan menomorsatukan kuliah karena saya menganggap Kempo hanya sampingan seperti hobi yang memberi saya banyak pengalaman,” tuturnya.

Yosi pun merasa sudah cukup puas dengan pencapaiannya sampai saat ini sejak ia memutuskan untuk berlatih Kempo ketika duduk di kelas 2 SD. “Ketika kelas 3 SD saya sudah ikut tim kota untuk tanding dan bersyukur sudah meraih banyak medali juga,” katanya. Sampai saat ini Yosi sudah mengumpulkan lebih dari 15 medali emas dan 9 medali perak. ( ir )

Loading

465 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *