Lpk | Makassar – Syarifuddin Daeng Punna Tokoh Masyarakat Sulawesi – selatan (Sul-sel) di jakarta ikut angkat bicara terkait kejadian peledakan bom di kampung halamannya Makassar.
Kejadian bom bunuh diri tersebut sangat menyayat hati kami sebagai orang Sulsel sebab mencederai kearifan lokal sipakatau, siapakainge dan sipakalebbi yang selama ini telah terbangun sebagai pondasi kehidupan sosial masyarakat di Sulsel ujar pria yang akrab disapa SAdAP ini Minggu (28/03).
“Apalagi menjelang memasuki bulan suci ramadhan, aksi seperti ini tidak dibenarkan dalam ajaran semua agama, termasuk ajaran Islam.
Para pelaku ini orang tidak beragama, sebagai umat islam saya mengutuk aksi tersebut dan meminta aparat kepolisian untuk mengusut jaringan-jaringan kelompok tersebut karena saya yakin dengan kejadian ini mereka akan terus melakukan hal serupa disaat ada momen dan kesempatan untuk melancarkan aksinya. Kelompok-kelompok inilah yang selalu mengatasnamakan jihad Islam dengan cara membunuh dan membantai umat yang tidak sejalan dengan apa yang mereka yakini tutur SAdAP.
Olehnya itu, kita jangan terpancing, sebab apabila kita terpolarisasi dengan teror yang mereka ciptakan maka semakin memperkuat mereka, dan sebagai warga negara dan khususnya mayoritas umat islam agar bersama sama kita perangi kelompok sempalan radikal yang ingin merusak keharmonisan hidup antar anak bangsa.
Saya juga meminta kepada Laskar Merah Putih Sulsel agar ikut membantu tugas aparat kepolisian dan TNI untuk menangkal doktrin-doktrin Radikal yang tumbuh berkembang di kegiatan-kegiatan keagamaan, karena selain aktif menyusup di kegiatan agama, kelompok radikal yang mengatasnamakan agama ini juga berselancar di media sosial mengkampanyekan tujuan jihad secara terang-terangan, maka perlu di awasi semua kegiatan kelompok ini.
Semakin canggih teknologi maka semakin canggih pula pola gerakannya, dan pemanfaatan perangkat teknologi mereka kuasai. Saya juga meminta kepada pihak penyedia jasa online seperti ojek online agak memproteksi pihak-pihak yang melamar sebagai karyawan atau driver, karena bisa jadi peluang bagi mereka untuk memanfaatkannya dan disaat yang tepat mereka kembali melakukan aksinya, kalau bisa seleksi penerimaannya harus diperketat pula guna mengantisipasi penyusupan kelompok radikal tutup SAdAP.