Lpk | Surabaya – Musim Pandemi Covid-19 tidak menyurutkan motivasi Tim DIPA Pengabdian Masyarakat Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) 2020 untuk melaksanakan aktifitasnya.
Melalui aplikasi Zoom yang dipandu Tim Dipa Unitomo digelar penyuluhan/sosialisasi dan konsultasi langsung dengan Pujiati Ketua Kelompok pengrajin tempe dari Medokan Semampir Surabaya pada Minggu (5/7/2020) dan dihadiri oleh beberapa partisipan dosen dan pemerhati UMKM.
Dalam kesempatan Sosialisasi dan Konsultasi Pengabdian Masyarakat yang berjudul “Negosiasi Dan Konsep Kontrak Pemasaran Tempe Dan Produksi Kripik Tempe Pada Kelompok Usaha Tempe Di Medokan Semampir Kota Surabaya” itu telah disampaikan penyuluhan oleh Vieta Imelda Cornelis Ketua Tim Dipa Unitomo yang banyak mengupas tentang pentingnya membuat perjanjian dalam bisnis.
“Meskipun bisnis pembuatan tempe ini termasuk skala UMKM, pengelola harus paham betul karena nantinya bila dijalankan mereka akan berurusan perikatan jual beli dengan pihak-pihak lain yang mempunyai hak dan kewajiban berbeda.” Ujar dosen FH Unitomo ini.
Dalam kesempatan pemaparan presentasi Vieta banyak mencontohkan beberapa aplikasi surat perjanjian bisnis serta bebeapa contoh kasus hukum yang terjadi dalam bisnis.
“Sejatinya dalam awal pembuatan perjanjian para pihak harus mempunyai itikat yang baik dan yang penting dalam setiap kluusul perjanjian harus tetap dibuka ruang diskusi dan negosiasi agar hasilnya seimbang dan tidak mengorbankan pihak manapun”, imbuh doktor ilmu hukum ini.
Dalam kesempatan sumbang saran Pujiati selaku pengrajin tempe dan kripik tempe “Sehati” merasa berterima kasih dengan sesi sosialisasi dan konsultasi bisnis ini karena sangat berguna baginya untuk membesarkan usahanya. Ia juga mengaku tidak mudah memasarkan tempe yang sesuai dengan kualifikasi ritel karena ada banyak syarat yang harus dipenuhi.
“Terima kasih pada Tim Dipa Unitomo meskipun sekarang masih musin pandemic Covid-19 tapi sangat memperhatikan produk tempe saya yang masih dalam skala home industry. Memang banyak yang harus saya benahi bila ingin merambah ke pemasaran yang lebih luas lagi.” tutur Ibu berjilbab ini.
“Semula saya hanya memproduksi kripik tempe dari tempe yg di produksi orang lain kemudian saya mencoba untuk membuat tempe dengan merek sendiri dan dijual dalam skala lokal tapi saat itu masih kesulitan bila masuk ke skala ritel. Pokoknya sebagai wirausaha saya tetap semangat dan syukur Alhamdulillah berkat kerja keras dan sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan seperti ini produk tempe dan kripik saya sudah masuk ritel terkenal di Surabaya dan Malang”,ungkapnya
Dalam kesempatan lain Fedianty Agustinah anggota Tim DIPA Pengabdian Unitomo menyatakan kegiatan ini adalah kegiatan lanjutan karena sebelum pandemic Covid pun beberapa kegiatan awalpun telah dilaksankana oleh timnya.
“Setelah proposal DIPA disetujui sebelum musim pandemi lalu tim kami langsung melakukan pemetaan dan observasi kondisi lapangan dan penyuluhan bisnis bagi para pengrajin tempe ini. Namun setelah itu kegiatan pengabdian tertunda karena pandemi Covid-19. Dan sekarang kami lanjutkan lagi melalui Aplikasi Zoom. Mudah-mudahan kegiatan ini bermanfaat bagi usaha mereka”, ujar dosen FIA Unitomo ini menutup percakapan. (ir)