YALPK | Situbondo – Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengaku optimis bahwa lulusan Ma’had Aly (Perguruan tinggi keagamaan berbasis pesantren) akan menghasilkan lulusan yang siap mengabdikan diri terhadap agama, bangsa dan negara. Termasuk siap membangun moral dan spiritual bangsa di masa mendatang.
Rasa optimis tersebut ia sampaikan saat menghadiri Wisuda (Haflatul) Ikhtitam Wa Muhadharah Ammah (HIDMA) Ma’had Aly Li Ilmil Fiqh Wa Ushulih di PP Sakafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kab. Situbondo, Rabu (3/7).
Emil Dardak menjelaskan, pendidikan yang diajarkan di Ma’had Aly bukanlah pendidikan biasa. Melainkan pendidikan pesantren berbasis kitab kuning dan berbasis keilmuan pendidikan agama yang terus diajarkan selama 24 jam.
“Model pendidikannya seperti inilah yang tidak ada di perguruan tinggi manapun selain di Indonesia,” terangnya.
Dirinya melihat, bahwa pondok pesantren merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Karena, lulusan yang dihasilkan mampu mencetak sekaligus melahirkan para pemimpin yang memiliki tingkat keilmuwan yang tinggi.
“Kami meyakini lulusan Ma’had Aly, dapat mencetak generasi bangsa yang semakin berkarakter, beriman dan bertaqwa sehingga diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT,” ujarnya.
Emil pun mengapresiasi hasil MoU yang dilakukan antara Ponpes Salafiyah Syafiiyah Situbondo dengan Al Azhar Kairo Mesir dalam peningkatan kualitas pendidikan keagamaan. Dirinya berharap, hasil kerjasama tersebut semakin meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa Ma’had Aly.
“Saya berharap agar dapat terus berkhidmah di lingkungan pesantren maupun di tengah-tengah masyarakat. Tidak boleh menutup diri, tapi harus mengamalkan nilai-nilai kebangsaan hingga memiliki kemampuan dalam kemandirian ekonomi,” pintanya.
Sementara itu, Ulama besar dan mufti yang juga Mantan Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Prof. Dr. Syekh Ibrahim Shalah Al Hud Hud dalam orasi ilmiahnya menyampaikan, bahwa Universitas Al Azhar mengajarkan pendidikan Islam Tasawuf dari empat madhab.
Universitas Al Azhar juga tidak pernah mengajarkan fanatisme buta atau faham yang mengarah pada radikalisme.
“Saat ini, Al Azhar memiliki jumlah mahasiswa dari seluruh dunia sebanyak 40 ribu mahasiswa dari 106 negara di luar mahasiswa asal Mesir. Sementara, untuk mahasiswa asal Indonesia sendiri terdapat 7 ribu mahasiswa yang menempuh pendidikan di Al Azhar Kairo Mesir,” terangnya.
Pihaknya juga memuji keberadaan ponpes di Indonesia. Pendidikan yang diajarkan memiliki banyak kesamaan. Salah satunya membersihkan dan mengosongkan akhlak tercela.
“Selanjutnya ponpes yang ada di Indonesia juga mengajarkan pendidikan moral, akhlak dan budi pekerti, yang juga diajarkan di Al Azhar,” ceritanya.(jf)