Lpk | Jombang – Bersumber dari anggaran APBD tahun 2023, pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) desa Karangwinongan kecamatan Mojoagung kabupaten Jombang Jawa timur, antara biaya yang dialokasikan dengan total fisik yang dilaksanakan patut dipertanyakan, total anggaran terlalu longgar dan sebagian anggaran disinyalir jadi ajang bancakan oknum yang terlibat dalam pelaksanaan.

Dari pantauan tim media Tabloidlpk, diketahui bahwa pembangunan JUT tersebut menelan anggaran sangat fantastis yaitu 200 juta rupiah, sedangkan untuk volume panjang ialah 179 meter, namun tidak disebutkan lebar maupun tebal cor betonnya, baik dipapan kegiatan proyek maupun pada prasasti proyek, hal itu juga menjadikan publik menyoroti terkait kubikasi beton mutu yang dilaksanakan.

Atas dugaan itu, dikatakan oleh Ahli Teknik Bangunan yang beralamatkan di kabupaten Jombang sebut saja N-A ( inisial ), dirinya menyebut jika JUT desa Karangwinongan anggarannya terlalu longgar, tak sesuai dengan volume yang sudah direalisasikan, Jum’at (28/7/2023).

“Jika dilihat dari nilai anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan Jalan Usaha Tani yang terletak disisi timur PLN desa Karangwinongan itu sangat tak seimbang, sangat tak wajar biaya 200 juta rupiah untuk volume panjang jalan cor sebatas 179 meter,” papar N-A, ketika dimintai penjelasan teknis oleh tim media tidak jauh dari lokasi pekerjaan.

Tak hanya itu, lanjut penjelasan N-A, pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Karangwinongan juga terkesan tak transparan terhadap volume cor beton mutu jalan itu. “Diketahui pada papan informasi yang terpasang, tidak disebutkan berapa lebar jalan cor itu dan berapa ketebalan jalan cor itu. Namun jika dilihat dilokasi bahwa lebar jalan cor ialah 3 meter, sedangkan ketebalannya 20 cm,” terangnya.

Itu artinya, total volume kubikasi beton mutu yang direalisasikan oleh Pelaksana Kegiatan sejumlah 107,40 m3. “Berapa analisa harga satuan beton mutu K.250 yang dibuat oleh pihak perencana, serta berapa kilogram analisa untuk besinya. Dari situlah diketahui dan disinyalir anggaran yang digelontorkan tak seimbang jika dibandingkan volumenya,” imbuhnya.

N-A merinci secara detail, bahwa analisa harga satuan beton F’c 21,7 MPa (K.250) yaitu Rp.1.224.300 per m3, untuk harga satuan besi beton polos Rp.17.700 per kg dan untuk tanah urug bahu jalan harga satuannya Rp.168.500 per m3, plastik lapisan bawah cor harga satuannya Rp.215.000 per roll, “Untuk biaya pendahuluan dan biaya umum maupun upah TPK tidak lebih dari 5 persen dari total nilai yang digelontorkan,” bebernya.

Masih penjelasan teknis N-A. Untuk estimasi perhitungan untuk pembangunan JUT desa Karangwinongan jika dijabarkan sebagai berikut : mutu beton K.250 volumenya 107,40 m3 x Rp.1.224.300 = Rp.131.489.820, sedangkan besi beton polos jumlahnya 1.047,68 kg x Rp.17.700 = Rp.36.243.936, urug bahu jalan sejumlah 28,64 m3 x Rp.168.500 = Rp.4.825.840, untuk biaya pendahuluan dan biaya umum sejumlah Rp.6.500.000

“Rincian yang diketahui pada perkiraan estimasi biaya pembangunan jalan usaha tani tersebut total anggaran yang seharusnya dialokasikan sebesar Rp.179.059.596 sudah termasuk pajak sebesar 11 persen didalam total anggaran yang diketahui, namun pada JUT desa Karangwinongan digelontorkan dengan total 200 juta rupiah. Namun real fisik yang dikerjakan tidak lebih dari nilai sebesar 135 juta rupiah,” ungkap N-A.

Dirinya menilai, lanjut penjelasan N-A,total biaya yang dihitung termasuk mutu beton sudah sesuai dengan teknis konstruksi untuk kelas jalan lingkungan ataupun jalan pertanian. ” Akan tetapi fisik yang sudah dilaksanakan diduga tidak sesuai dengan spektek yang dibuat, itu terlihat pada mutu beton cor serta jenis tanah urug yang dipakai, serta kondisi bawah cor sudah ada beberapa titik yang menggantung,” jlentrehnya.

Sementara itu, dari penjelasan narasumber lain juga senada yang dijelaskan N-A terkait fisik yang banyak kejanggalan pada mutu serta metode pelaksanaan, hanya saja dirinya tidak ingin namanya disebut dalam pemberitaan, ketika dimintai keterangan oleh tim media Tabloidlpk, dan dirinya mengatakan Kamis (27/7/2023).

“Hasil jalan cor yang berada diarea persawahan tepatnya ditimur PLN, sudah banyak yang menggantung dari permukaan terlihat jalan cor pada awal jalan masuk, bahkan mirisnya lagi pemadatan dasar juga terlihat padatnya kurang maksimal, tapi saya tidak paham apa memang bahu jalan serta urug dasarnya tidak ada pemadatan,” kata narasumber.

Narasumber juga menambahkan. Jika kondisi fisiknya seperti itu, bukan tidak mungkin akan terjadi penurunan tanah, bahkan jalan cor juga bisa mengalami pecah atau retak. “Kondisi semacam itu harus segera ditindaklanjuti untuk penyempurnaan, bukan tidak mungkin itu nanti bisa menghambat aktifitas para petani seperti saya ini, disebabkan jalan putus akibat kondisinya menggantung,” narasumber memungkasi keterangannya.

Untuk memperjelas dan mengurai atas dugaan bahwa JUT itu menjadi ladang Bancakan bagi oknum yang terlibat, serta kondisi fisik banyak kejanggalan, tim media tabloidlpk berupaya menggali keterangan kepada Kepala Desa (Kades) Karangwinongan Iknan, SE via telepon WhatsApp-nya, namun Kades enggan memberikan keterangan yang dipertanyakan, hingga berita ini diunggah, upaya itu terus diusahakan guna menyeimbangkan informasi.

Reporter : Yanti

Loading

27 Kali Dilihat

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *